Praktikum Proses Produksi (Las Asetilen)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan luasnya penggunaan
teknologi pengelasan pada saat ini dalam bidang industri, kemajuan teknologi
pengelasan juga semakin berkembang. Luasnya penggunaan teknologi pengelasan
disebabkan karena bangunan, mesin, dan dalam bidang industri yang dibuat dengan
menggunakan teknik penyambungan las menjadi lebih ringan dan proses
pembuatannya juga lebih sederhana.
Pengelasan
yang banyak digunakan pada saat ini yaitu pengelasan dengan cara mencairkan
bahan dasar (logam induk) dan bahan tambah (logam pengisi). Las sejenis ini
sering disebut dengan las fusi. Las fusi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu
las busur listrik dan las gas. Panas dari las busur listrik diperoleh dari
energi listrik. Apabila dua kutub listrik didekatkan maka akan terjadi loncatan
elektron pada kedua permukaan tersebut dan akan menimbulkan panas yang akhirnya
mampu melelehkan logam. Prinsip ini yang digunakan dalam pencairan bahan dasar
(logam induk) dan bahan tambah (logam pengisi) pada las busur listrik.
Sedangkan las gas memperoleh sumber panas dari pembakaran gas asetilen dan gas
oksigen. Kedua gas ini membentuk campuran dan akan menghasilkan nyala api yang
mampu mencairkan bahan dasar (logam induk) dan bahan tambah (logam pengisi).
Dalam proses penyambungan logam tidak cukup hanya
dilihat dari bisa tidaknya benda yang disambung melekat. Untuk mengetahui hasil
yang lebih meyakinkan maka perlu dilihat mengenai kekuatan sambungan, perubahan
sifat pada daerah sambungan, struktur pada sambungan dan fasa yang terbentuk
pada daerah sambungan. Berdasarkan fakta dan pengetahuan tersebut, sangatlah
menarik untuk meneliti karakteristik dalam penyambungan logam induk dua pelat
besi tipis dengan logam pengisi kuningan menggunakan las gas oksi-asetilen.
Karakteristik yang dapat diteliti meliputi bagaimana kekuatannya setelah
disambung, apakah memenuhi standar kekuatan material dasarnya atau tidak.
Selain itu juga perlu dilihat bagaimana kekerasan dan bentuk struktur pada
daerah sambungan, apakah getas, terjadi retakan atau tidak dan fasa apa yang
terbentuk. Untuk itu perlu dilakukan penelitian dan praktikum mengenai
karakteristik sambungan 2 pelat besi tipis dengan elektroda las kuningan
menggunakan las oksi-asetilen.
1.2 Tujuan
Praktikum
Praktikum proses produksi las
oksi-asetilen (Oxygen Acetylen
Welding/OAW) ini bertujuan sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui proses penyambungan antara dua bagian logam atau lebih dengan
menggunakan las oksi-asetilen.
2. Untuk
mengenal dan mengetahui tentang peralatan dan perlengkapan yang digunakan pada praktikum
las asetilen dan fungsinya.
3. Untuk
mengetahui dan mempelajari tentang cara mengoperasikan brander las asetilen
agar memperoleh pembakaran yang baik dan benar.
4. Untuk
mengetahui tentang aplikasi kehidupan sehari – hari proses penyambungan dengan
las asetilen, khususnya pada bidang industri.
5.
Untuk
mengetahui dan mempelajari perbedaan teknik las asetilen dengan teknik las
lainnya.
1.3 Manfaat
Praktikum
Manfaat dari praktikum proses
produksi las oksi-asetilen (Oxygen
Acetylen Welding/OAW) ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa
dapat mengetahui proses penyambungan antara dua bagian logam atau lebih dengan
menggunakan las oksi-asetilen.
2. Mahasiswa
dapat mengenal dan mengetahui tentang peralatan dan perlengkapan yang digunakan
pada praktikum las asetilen dan fungsinya.
3. Mahasiswa
dapat mengetahui dan mempelajari tentang cara mengoperasikan brander las
asetilen agar memperoleh pembakaran yang baik dan benar.
4. Mahasiswa
dapat mengetahui tentang aplikasi kehidupan sehari – hari proses penyambungan
dengan las asetilen khususnya pada bidang industri.
5. Mahasiswa dapat mengetahui dan mempelajari perbedaan teknik las asetilen dengan teknik las lainnya.
1.4 Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3)
K3 pada praktikum proses
produksi las asetilen adalah :
1. Praktikan
diwajibkan untuk memakai kemeja lengan panjang atau PDL (pakaian dinas
lapangan) agar aman dari percikan api dari las dan sisa – sisa hasil las.
2.
Praktikan
diwajibkan untuk menggunakan sepatu tertutup yang aman dan celana panjang.
3. Praktikan
diwajibkan untuk menggunakan kacamata las agar terlindung dari percikan api
las. Kacamata las dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1
Kacamata Las
4.
Praktikan
diwajibkan untuk meggunakan tang pada saat mengangkat dan memindahkan benda
kerja akhir ke tempat pendinginan. Tang dapat dilihat pada Gambar 1.2.
Gambar 1.2 Tang
5. Praktikan
diwajibkan untuk mengenakan masker ketika praktikum agar asap pada saat las
tidak tercium. Masker dapat dilihat pada Gambar 1.3.
Gambar 1.3 Masker
BAB
2
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Las Gas Oksi-Asetilen
Las gas
adalah suatu proses pengelasan seni menyambung dua logam atau lebih, dimana
panas untuk pengelasan diperoleh dari nyala api hasil pembakaran bahan bakar
gas oksigen
(O2) dengan gas asetilen (C2H2).
Dalam proses las gas ini, gas yang digunakan adalah campuran dari gas oksigen (O2)
dan gas asetilen C2H2). Gas asetilen ini memiliki beberapa
kelebihan antara lain, menghasilkan temperatur nyala api lebih tinggi dari gas
bahan bakar lainya, baik bila dicampur dengan udara ataupun oksigen. Sehingga bagian
logam yang langsung terkena nyala api panas akan mencair dan cairan itu akan
menutupi antara dua bagian logam yang akan disambung (Graham, 1990).
2.2 Jenis
– Jenis Nyala Api Las Asetilen
Jenis – jenis nyala api las
asetilen terdiri dari 3 jenis, yaitu nyala api netral, nyala api karburasi, dan
nyala api oksidasi.
1.
Nyala
Api Netral.
Nyala api netral merupakan hasil pembakaran gas
oksigen dan asetilen dengan perbandingan komposisi -+ 1:1. Nyala api netral
dipakai untuk pengelasan biasa. Nyala api netral dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Nyala
Api Netral
(Sumber: google.co.id/nyalaapinetral)
2.
Nyala
Api Karburasi.
Nyala api karburasi merupakan nyala api di mana perbandingan
gas asetilen lebih banyak dari gas oksigen. Nyala api karburasi dipakai untuk
memanaskan, solder lunak, dan pengelasan logam monel. Nyala api karburasi dapat
dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Nyala
Api Karburasi
(Sumber: google.co.id/nyalaapikarburasi)
3.
Nyala
Api Oksidasi.
Nyala api oksidasi merupakan nyala api di mana
perbandingan gas oksigen lebih banyak dari gas asetilen. Nyala api oksidasi
dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Nyala
Api Oksidasi
(Sumber: google.co.id/nyalaapioksidasi)
2.3 Teknik
Pengelasan pada Las Asetilen
Macam – macam posisi
pengelasan adalah sebagai berikut:
1.
Posisi Pengelasan di Bawah Tangan.
Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan
yang dilakukan di bawah tangan dan benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung pembakar (brander)
terletak diantara 45° dan kawat las dimiringkan dengan sudut antara 30° - 40°
dengan benda kerja. Kedudukan ujung pembakar ke sudut sambungan dengan jarak 2
– 3 mm agar terjadi panas maksimal pada sambungan. Pada sambungan sudut luar,
nyala diarahkan ke tengah sambungan dan gerakannya adalah lurus.
2.
Posisi Pengelasan Mendatar
(horizontal).
Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan
pengelasan dilakukan dengan arah mendatar sehingga cairan las cenderung
mengalir ke bawah, untuk itu ayunan brander sebaiknya sekecil mungkin.
Kedudukan brander terhadap benda kerja menyudut 70° dan miring kira-kira 10° di
bawah garis mendatar, sedangkan kawat pengisi dimiringkan pada sudut 10° di
atas garis mendatar.
3.
Posisi Pengelasan Tegak (vertikal).
Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan
berlangsung ke atas atau ke bawah. Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api
dan tempat sambungan yang bersudut 45°-60° dan sudut brander sebesar 80°.
4.
Posisi Pengelasan di Atas Kepala (overhead).
Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit
dibandingkan dengan posisi lainnya di mana benda kerja
berada di atas kepala dan pengelasan dilakukan dari bawahnya. Pada pengelasan posisi ini sudut brander
dimiringkan 10° dari garis vertikal sedangkan kawat pengisi berada di belakangnya
bersudut 45°-60°.
5.
Pengelasan Arah ke Kiri (maju).
Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana
nyala api diarahkan ke kiri dengan membentuk sudut 60° dan kawat las 30°
terhadap benda kerja sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah
pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan
tidak membutuhkan posisi yang sulit saat mengelas.
6.
Pengelasan Arah ke Kanan (mundur).
Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada
arah pengelasan ke kiri. Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan
baja yang tebalnya 4,5 mm ke atas.
2.4 Macam
– Macam Sambungan
Ada
beberapa sambungan benda kerja pada las asetilen, yaitu:
1.
Sambungan Tumpul.
Sambungan tumpul adalah penyambungan dua buah logam atau lebih
sejajar pada kedua benda kerja dalam posisi horizontal pada bidang datar. Sambungan tumpul dapat
dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Sambungan Tumpul
(Sumber: google.co.id/sambungantumpul)
2.
Sambungan Tumpang
Sambungan tumpeng adalah penyambungan dua buah logam atau lebih
dalam posisi horizontal pada keadaan tumpang tindih antara kedua benda kerja. Sambungan tumpang dapat
dilihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Sambungan Tumpang
(Sumber: google.co.id/sambungantumpang)
3.
Sambungan T
Sambungan T adalah penyambungan dua buah logam atau lebih
secara horizontal dan vertikal sehingga membentuk huruf T. Sambungan T dapat dilihat
pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Sambungan T
(Sumber:
google.co.id/sambunganT)
4.
Sambungan Sudut
Luar
Sambungan sudut luar adalah penyambungan dua buah logam atau lebih
dengan membentuk sudut dimana sambungan terjadi di luar sudut tersebut. Sambungan sudut luar dapat
dilihat pada Gambar 2.7.
Gambar 2.7 Sambungan Sudut Luar
(Sumber:
google.co.id/sambungansudutluar)
2.5 Keuntungan
Las Oksi-Asetilen
Terdapat beberapa
keuntungan las oksi-asetilen, antara lain:
1.
Peralatan relatif
murah dan memerlukan pemeliharaan minimal/sedikit.
2. Cara
penggunaannya sangat mudah, tidak memerlukan teknik-teknik pengelasan yang tinggi
sehingga mudah untuk dipelajari.
3. Mudah dibawa dan
dapat digunakan di lapangan maupun di pabrik atau dibengkel-bengkel
karena peralatannya kecil dan sederhana.
4. Dengan teknik
pengelasan yang tepat hampir semua jenis logam dapat dilas dan alat ini dapat
digunakan untuk pemotongan maupun penyambungan.
BAB 3
BAHAN, ALAT, DAN
PROSEDUR KERJA
3.1 Bahan dan Peralatan
Praktikum
Bahan dan peralatan praktikum yang digunakan dalam
praktikum las asetilen ini adalah :
1. Tabung gas oksigen dan asetilen, Berfungsi sebagai tempat penyimpanan
pasokan gas oksigen dan asetilen. Tabung gas oksigen dan asetilen dapat dilihat
pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Tabung Gas Oksigen dan Asetilen
2. Jangka sorong, berfungsi untuk mengukur panjang, lebar dan tebal benda
kerja awal sebelum dilas dan benda kerja akhir setelah dilas. Jangka sorong
dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Jangka Sorong
3. Masker, berfungsi untuk mencegah dan melindungi sistem pernapasan dari
asap pada proses pengelasan. Gambar masker dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Masker
4. Benda kerja awal, merupakan dua buah pelat besi tipis yang digunakan
sebagai logam induk yang akan disambung dengan proses pengelasan las asetilen. Gambar
benda kerja awal dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4 Benda Kerja Awal
5. Pemantik api, berfungsi untuk menyalakan nyala api pada nozel brander las asetilen. Gambar korek api
dapat dilihat pada Gambar 3.5.
Gambar 3.5 Pemantik Api
6. Logam kuningan, berfungsi sebagai logam pengisi atau elektroda las yang
digunakan pada pengelasan las asetilen. Gambar logam kuningan dapat dilihat
pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6 Logam Kuningan
7. Brander las asetilen, berfungsi sebagai tempat bercampurnya gas oksigen dengan
gas asetilen dan kemudian campuran ini yang akan dinyalakan dengan api yang
nantinya akan digunakan untuk melakukan proses pengelasan. Brander las asetilen dapat dilihat pada Gambar 3.7.
Gambar 3.7 Brander Las Asetilen
8. Boraks, berfungsi untuk mempercepat pelelehan pada logam kuningan.
Boraks dapat dilihat pada Gambar 3.8.
Gambar 3.8 Boraks
9. Palu kecil, berfungsi untuk membersihkan hasil sisa pengelasan pada
benda kerja. Palu kecil dapat dilihat pada Gambar 3.9.
Gambar 3.9 Palu Kecil
10. Tang, berfungsi untuk memindahkan benda kerja akhir setelah dilas ke tempat
pendinginan. Tang dapat dilihat pada Gambar 3.10.
Gambar 3.10 Tang
11. Kacamata las, berfungsi untuk melindungi mata dari percikan api las dan
sisa – sisa hasil las yang bertebaran. Kacamata las dapat dilihat pada Gambar
3.11.
Gambar 3.11 Kacamata Las
12. Marker, berfungsi untuk mencetak nomor induk mahasiswa pada permukaan benda
kerja akhir. Marker dapat dilihat
pada Gambar 3.12.
Gambar 3.12 Marker
13. Amplas, berfungsi sebagai alat penghalus pada permukaan sambungan las
dan permukaan benda kerja akhir. Amplas dapat dilihat pada Gambar 3.13.
Gambar 3.13 Amplas
3.2 Prosedur Kerja pada
Praktikum Las Oksi-Asetilen (Oxygen
Acetylen Welding/ OAW)
Berikut
adalah diagram alir prosedur kerja las asetilen.
Gambar 3.14 Diagram Alir Prosedur Kerja Las
Asetilen
Langkah – langkah kerja yang dilakukan
dalam proses penyambungan dua pelat besi dengan las asetilen adalah sebagai
berikut.
1. Mengenakan pakaian kerja yang aman yaitu kemeja lengan panjang atau
pakaian dinas lapangan (PDL), celana panjang, sepatu tertutup dan masker.
2. Menyiapkan peralatan dan perlengkapan kerja yang digunakan pada
praktikum las asetilen.
3. Memilih benda kerja awal yaitu dua pelat besi yang kondisinya baik dan
layak digunakan sebagai benda kerja praktikum. Benda kerja awal dapat dilihat
pada Gambar 3.15.
Gambar 3.15 Benda Kerja
Awal
4. Mengukur dimensi panjang, lebar, dan tebal dari benda kerja awal dengan
menggunakan jangka sorong dan mencatat hasil pengukuran.
5. Kemudian, setelah melakukan pengukuran benda kerja awal, nyalakan api
pada nozel brander las dengan
menggunakan pemantik api yang disediakan.
6. Lalu, lakukan pengaturan kembali regulator pada brander las hingga nyala api menjadi nyala api netral.
7. Jika nyala api sudah netral, letakkan benda kerja awal pada meja
pengelasan dengan posisi yang baik dan benar secara vertikal agar proses
pengelasan dapat berjalan dengan lancar.
8. Kemudian, ambilah batang kuningan yang kondisinya masih baik dan
panjang.
9. Lalu, kenakan kacamata las yang telah disediakan agar mata terlindung
dari percikan api pada saat proses las dan sisa – sisa hasil las yang
bertebaran.
10. Panaskan batang kuningan pada bagian ujungnya agar pada saat proses
pengelasan dapat cepat meleleh. Proses pemanasan batang kuningan dapat dilihat
pada Gambar 3.16.
Gambar 3.16 Pemanasan
Batang Kuningan
11. Lalu, berikan batang kuningan boraks secukupnya untuk mempercepat
pelelehan pada saat pengelasan.
12. Setelah boraks cukup, lakukan pengelasan pada benda kerja awal dari arah
atas ke bawah sampai benda kerja awal tersambung. Proses pengelasan dapat
dilihat pada Gambar 3.17.
Gambar 3.17 Proses Pengelasan
13. Setelah itu, benda kerja akhir yang telah dilas dipindahkan ke tempat
pendinginan dengan menggunakan tang. Proses pendinginan dapat dilihat pada
Gambar 3.18.
Gambar 3.18 Proses
Pendinginan
14. Pindahkan benda kerja akhir ke meja kerja dan lakukan penghalusan pada
bagian sambungan las serta pada permukaan benda kerja yang kasar dengan
menggunakan amplas. Proses penghalusan dapat dilihat pada Gambar 3.19.
Gambar 3.19 Proses Penghalusan
15. Setelah itu, lakukan pencetakan nomor induk mahasiswa pada permukaan
benda kerja akhir dengan menggunakan marker.
Benda kerja akhir dapat dilihat pada Gambar 3.20.
Gambar 3.20 Benda Kerja
Akhir
16. Setelah pencetakan nomor induk mahasiswa, praktikum telah selesai dan
rapikan kembali peralatan dan perlengkapan praktikum ke tempat asalnya.
BAB 4
HASIL PRAKTIKUM
4.1 Hasil Praktikum Sebelum dan Sesudah
Benda
kerja awal pada praktikum las asetilen ini adalah berbentuk dua besi pelat
tipis berbentuk persegi panjang. Dimensi benda kerja awal dapat dilihat pada
Tabel 4.1 dan 4.2.
Gambar benda kerja awal dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Benda Kerja Awal
Dimensi benda kerja awal dapat dilihat
pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Dimensi Benda Kerja Awal
Variabel |
Benda 1 (mm) |
Benda 2 (mm) |
Panjang |
63.50 |
65.20 |
Lebar |
20.55 |
24.30 |
Tebal |
1.10 |
1.00 |
Setelah diproses penyambungan
dengan las asetilen maka benda kerja awal akan menjadi benda kerja akhir yaitu hasil
pengelasan dua buah pelat besi. Gambar benda kerja akhir dapat dilihat pada
Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Benda Kerja Akhir
Tabel dimensi benda kerja akhir dapat
dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Dimensi Benda Kerja Akhir
No. |
Dimensi |
Satuan (mm) |
1. |
Panjang |
65.20 |
2. |
Lebar |
44.95 |
3. |
Tebal |
1.25 |
4.2 Analisa Hasil Praktikum
Dalam
melakukan proses pengelasan dengan las asetilen, langkah pertama adalah
mengenakan pakaian kerja yang aman, kacamata las dan masker ketika praktikum. Kemudian,
langkah selanjutnya adalah persiapan peralatan dan perlengkapan las asetilen. Selanjutnya
adalah pemilihan benda kerja awal yaitu dua pelat besi tipis yang kondisinya
masih bagus tetapi permukaannya masih dan kurang rata serta pada bagian tiap
sudutnya juga masih tajam.
Langkah selanjutnya adalah mengukur dimensi benda kerja awal dengan
menggunakan jangka sorong dan mencatatnya.
Setelah itu adalah pengaturan regulator pada tabung gas oksigen dan
asetilen serta pada brander las
asetilen. Pada pengaturan regulator di brander
harus diatur hingga nyala api menjadi nyala api normal untuk melakukan proses
pengelasan.
Letakkan benda kerja awal pada meja kerja secara berhimpitan dan
vertikal, posisikan benda kerja awal ini dengan baik agar proses pengelasan
dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan sambungan las yang bagus.
Setelah meletakkan benda kerja awal pada meja kerja, langkah selanjutnya
adalah ambil elektroda las kuningan dan memanaskannya pada bagian ujung. Setelah
memanaskan logam kuningan, langkah selanjutnya adalah memberikan boraks pada
logam kuningan agar logam kuningan dapat cepat meleleh.
Proses pengelasan dilakukan dengan cara meletakkan logam kuningan yang
telah diberikan ke dalam boraks pada permukaan benda yang ingin dilas dan
diamkan. Lalu, arahkan nyala api pada bagian ujung logam kuningan yang telah
diletakkan pada permukaan benda yang ingin dilas, terutama arahkan pada boraks
agar ujung logam kuningan dapat meleleh dengan cepat dan proses pengelasan
dapat berjalan dengan baik dan benar.
Setelah melakukan proses pengelasan, pindahkan benda kerja akhir ke
tempat pendinginan dengan menggunakan tang untuk proses pendinginan sampai suhu
benda kerja akhir kembali normal.
Setelah melakukan pendinginan, letakan benda kerja akhir pada meja kerja
dan lakukan penghalusan bagian sambungan las dan permukaan yang kasar dengan
menggunakan amplas. Setelah melakukan penghalusan, letakan benda kerja akhir
pada ragum dan lakukan pencetakan nomor induk mahasiswa pada permukaan benda
kerja akhir dengan palu dan marker.
Setelah itu, ukur kembali benda kerja akhir dan catatlah.
4.3 Faktor Kesalahan
Faktor
kesalahan pada praktikum las asetilen ini dapat kami simpulkan adalah:
1. Kesalahan
praktikan dalam menentukan nyala api normal pada nozel brander.
2. Pemberian boraks
pada ujung logam kuningan yang berlebihan yang akan menyebabkan hasil las yang
kurang baik karena benda kerja menjadi berwarna kehitaman.
3. Berlebihnya
peleburan di antara benda kerja dan batang kuningan akibat kecepatan pengelasan
terlalu lambat sehingga mengakibatkan hasil las yang bergelembung.
BAB
5
KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari praktikum proses produksi las asetilen adalah:
1. Nyala api yang paling baik dan optimal untuk praktikum las asetilen
adalah nyala api netral pada nozel brander
las.
2. Boraks pada praktikum las asetilen berfungsi untuk mempercepat pelelehan
logam kuningan.
3. Pada proses pengelasan, ketika logam kuningan ditekan dan didiamkan
sampai meleleh, jika didiamkan terlalu lama maka hasil las akan membentuk
gelembung yang merupakan hasil las yang kurang baik.
4. Setelah proses pengelasan selesai, benda kerja akhir hasil las
dicelupkan ke dalam air dengan tang guna mempercepat proses pendinginan dan
mempercepat proses pengerasan sambungan las tersebut.
5. Kecepatan proses pengelasan dari arah atas ke bawah harus konstan untuk
menghasilkan hasil sambungan las yang baik, tidak bergelembung, dan rata.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi.
19 November 2017. Jenis – Jenis Sambungan Pengelasan dan Macam –
Macam Kampuh Las. https://www.pengelasan.net/sambungan-las/ (diakses
pada tanggal 23 September 2018 pukul 17:08 WIB)
Achmadi.
7 April 2018. Pengertian Pengelasan OAW Oksigen Asetilen Welding
adalah Beserta Gambar dan Peralatannya. https://www.pengelasan.net/las-
oaw-oksigen-asetilen/ (diakses
pada tanggal 24 September 2018 pukul 17:06 WIB)
A.P.
Potma, J.E. Devries. 1991. Konstruksi Baja. (P.T. Pradnya Paramita: Jakarta).
Graham
E. 1990. Maintenance Welding.
(Prentince-Hall inc: New Jersey).
R.
Gunawan Mangkoepradja. 1960. Mengelas dengan Las Oksi-Asetilin. (C.V.
Masa Baru: Jakarta).
Smith,
F.J.M. 1992. Basic Fabrication and
Welding Engineering. (Wing Tai
Cheung Printing Co.Ltd: Hong Kong).
Wijanarko
Putro Santoso. 13 Oktober 2011. Las Karbit Asetilen.
http://www.nstrade.id/2011/10/las-karbit-asetilen.html (diakses pada
tanggal 24 September 2018 pukul
17:12 WIB)
LAMPIRAN
GAMBAR TEKNIK FUSION 360
1. Benda Kerja Sebelum Dilas
2. Benda Kerja Sesudah Dilas
TUGAS SEBELUM PRAKTIKUM
Buat paper yang berkaitan dengan proses pengelasan asetilen
1)
Definisi
2)
Proses
pengelasan dan gambar komponen las
3)
Variabel
pengelasan
4)
Jenis
elektroda las
JAWAB:
1)
Las gas oksi-asetilen adalah suatu proses
pengelasan seni menyambung dua logam atau lebih, di mana panas untuk pengelasan
diperoleh dari nyala api hasil pembakaran bahan bakar gas oksigen (O2)
dengan gas asetilen (C2H2).
Dalam proses las gas ini, gas yang digunakan adalah campuran dari gas oksigen (O2)
dan gas asetilen
(C2H2). Gas asetilen ini memiliki beberapa
kelebihan antara lain, menghasilkan temperatur nyala api lebih tinggi dari gas
bahan bakar lainya, baik bila dicampur dengan udara ataupun oksigen. Sehingga bagian
logam yang langsung terkena nyala api panas akan mencair dan cairan itu akan
menutupi antara dua bagian logam yang akan disambung (Graham, 1990).
2)
Proses pengelasan las oksi-asetilen adalah sebagai
berikut.
a.
Menentukan
Tekanan Gas
Pengaturan tekanan yang disetel, tekanan gas yang dianjurkan :
1.
Oksigen
bertekanan 2,5 bar (kg/cm2), untuk semua pipa pembakaran.
2.
Asetilin
bertekanan 0,5 bar (kg/cm2), disesuaikan dengan besar kecilnya pipa
pembakaran. Untuk asetilen tekanan
maksimum 1,5 bar (kg/cm2).
b.
Menyalakan Api
Las Gas
1.
Pilih pipa
pembakaran yang sesuai dengan proses pengelasan.
2.
Pasang pipa
pembakarnya harus erat, tidak boleh bocor.
3.
Arahkan pipa
pembakaran ke tempat yang aman.
4.
Buka kran asetilen kira – kira seperempat putaran secukupnya.
5.
Nyalakan dengan
api pada mulut pembakaran.
6.
Buka kran oksigen
kira – kira setengah putaran secukupnya.
7.
Atur komposisi
dan volume api las yang dikehendaki.
8.
Api las siap
digunakan.
c.
Mengatur Nyala Api Las agar Netral
d.
Teknik Pengelasan
Macam – macam posisi pengelasan adalah sebagai berikut :
1.
Posisi pengelasan
di bawah tangan
Pengelasan di
bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan di bawah tangan dan benda
kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung pembakar(brander) terletak
diantara 45° dan kawat las dimiringkan dengan sudut antara 30° - 40° dengan
benda kerja. Kedudukan ujung pembakar ke sudut sambungan dengan jarak 2 – 3 mm
agar terjadi panas maksimal pada sambungan. Pada sambungan sudut luar, nyala
diarahkan ke tengah sambungan dan gerakannya adalah lurus.
2.
Posisi pengelasan
mendatar ( horizontal )
Pada posisi ini
benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan dilakukan dengan arah mendatar
sehingga cairan las cenderung mengalir ke bawah, untuk itu ayunan brander
sebaiknya sekecil mungkin. Kedudukan brander terhadap benda kerja menyudut 70°
dan miring kira-kira 10° di bawah garis mendatar, sedangkan kawat pengisi
dimiringkan pada sudut 10° di atas garis mendatar.
3.
Posisi pengelasan
tegak ( vertikal )
Pada pengelasan
dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke atas atauke bawah. Kawat
pengisi ditempatkan antara nyala api dan tempat sambunganyang bersudut 45°-60°
dan sudut brander sebesar 80°.
4.
Posisi pengelasan
di atas kepala ( Overhead )
Pengelasan dengan
posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan dengan posisilainnya dimana
benda kerja berada di atas kepala dan pengelasan dilakukan daribawahnya. Pada
pengelasan posisi ini sudut brander dimiringkan 10° dari garisvertikal
sedangkan kawat pengisi berada di belakangnya bersudut 45°-60°.
5.
Pengelasan arah
ke kiri ( maju )
Cara pengelasan
ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan ke kiri dengan membentuk
sudut 60° dan kawat las 30° terhadap benda kerja sedangkan sudut melintangnya
tegak lurus terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena
cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan posisi yang sulit saat mengelas.
6.
Pengelasan arah
ke kanan ( mundur )
Cara pengelasan
ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke kiri. Pengelasan
dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5mm ke atas.
e.
Memadamkan Api
Las Gas
Cara untuk
memadamkan api las gas adalah :
1.
Tutup kran asetilen, aliran gas
asetilin terputus, maka api las padam.
2.
Tutup kran oksigen, aliran gas oksigen terputus.
3.
Penutupan kran
jangan dipaksakan.
f.
Penutupan Kerja
Las Gas
Beberapa cara
menutup kerja las gas antara lain :
1.
Padamkan api las.
2.
Tutup kran-kran
tabung gas.
3.
Buanglah
sisa-sisa gas melalui pipa pembakar.
4.
Sekrup pengukuran
dan pengatur tekanan gas dikendorkan.
5.
Letakkan atau
gantung pipa pembakar pada tempat yang aman.
6.
Gulung selang
saluran gasnya.
Gambar komponen las asetilen
dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
Gambar Komponen Las Asetilen
3) Penyambungan
logam dengan proses pengelasan tidak dapat dilakukan sembarangan, banyak
variabel yang harus diperhatikan agar kualitas sambungan sesuai standar yang
dipersyaratkan oleh suatu lembaga internasional yang berkaitan dengan pekerjaan
las. Variabel tersebut adalah bahan, proses, metode, keselamatan dan kesehatan
kerja, peralatan, sumber daya manusia, lingkungan, serta pemeriksaan kualitas
sambungan las. Variabel pengelasan dapat dilihat pada Gambar di
bawah ini.
Gambar Variabel Pengelasan
1)
Jenis elektroda las yang digunakan adalah logam
kuningan.
Jenis – jenis elektroda las adalah sebagai berikut.
A. Elektroda Berselaput
Elektroda berselaput yang dipakai pada las busur listrik mempunyai
perbedaan komposisi selaput maupun kawat Inti. Pelapisan fluksi pada kawat inti
dapat dengah cara destrusi, semprot atau celup. Ukuran standar diameter kawat
inti dari 1,5 mm sampai 7 mm dengan panjang antara 350 sampai 450 mm.
Jenis-jenis selaput fluksi pada elektroda misalnya selulosa,
kalsium karbonat (CaCO3), titanium dioksida (rutil), kaolin, kalium
oksida mangan, oksida besi, serbuk besi, besi silikon, besi mangan dan
sebagainya dengan persentase yang berbeda-beda, untuk tiap jenis elektroda.
Tebal selaput elektroda berkisar antara 70% sampai 50% dari diameter elektroda tergantung dari jenis selaput. Pada waktu pengelasan, selaput elektroda ini akan turut mencair dan menghasilkan gas CO2 yang melindungi cairan las, busur listrik dan sebagian benda kerja terhadap udara luar. Udara luar yang mengandung O2 dan N akan dapat mempengaruhi sifat mekanik dari logam Ias. Cairan selaput yang disebut terak akan terapung dan membeku melapisi permukaan las yang masih panas.
C. Elektroda Baja Lunak
Bermacam-macam jenis elektroda baja lunak perbedaannya hanyalah pada jenis
selaputnya. Sedang kan kawat intinya sama.
1.
E 6010 dan E 6011
Elektroda ini adalah jenis elektroda selaput selulosa yang dapat dipakai
untuk pengelesan dengan penembusan yang dalam. Pengelasan dapat pada segala
posisi dan terak yang tipis dapat dengan mudah dibersihkan. Deposit las
biasanya mempunyai sifat sifat mekanik yang baik dan dapat dipakai untuk
pekerjaan dengan pengujian Radiografi. Selaput selulosa dengan kebasahan 5%
pada waktu pengelasan akan menghasilkan gas pelindung. E 6011 mengandung Kalium
untuk mambantu menstabilkan busur listrik bila dipakai arus AC.
2.
E 6012 dan E 6013
Kedua elektroda ini termasuk jenis selaput rutil yang dapat manghasilkan
penembusan sedang. Keduanya dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi,
tetapi kebanyakan jenis E 6013 sangat baik untuk posisi pengelesan tegak arah
ke bawah. Jenis E 6012 umumnya dapat dipakai pada ampere yang relatif lebih
tinggi dari E 6013. E 6013 yang mengandung lebih benyak Kalium memudahkan
pemakaian pada voltage mesin yang rendah. Elektroda dengan diameter kecil
kebanyakan dipakai untuk pangelasan pelat tipis.
3.
E 6020
Elektroda jenis ini dapat menghasilkan penembusan las sedang dan teraknya
mudah dilepas dari lapisan las. Selaput elektroda terutama mengandung oksida
besi dan mangan. Cairan terak yang terlalu cair dan mudah mengalir menyulitkan
pada pengelasan dengan posisi lain dari pada bawah tangan atau datar pada las
sudut.
4.
Elektroda dengan Selaput
Serbuk Besi
Selaput elektroda jenis E 6027, E 7014. E 7018. E 7024 dan E 7028
mengandung serbuk besi untuk meningkatkan efisiensi pengelasan. Umumnya selaput
elektroda akan lebih tebal dengan bertambahnya persentase serbuk besi. Dengan
adanya serbuk besi dan bertambah tebalnya selaput akan memerlukan ampere yang
lebih tinggi.
5.
Elektroda Hydrogen Rendah
Selaput elektroda jenis ini mengandung hydrogen yang rendah (kurang dari
0,5 %), sehingga deposit las juga dapat bebas dari porositas. Elektroda ini
dipakai untuk pengelasan yang memerlukan mutu tinggi, bebas porositas, misalnye
untuk pengelasan bejana dan pipa yang akan mengalami tekanan. Jenis-jenis
elektroda hydrogen rendah misalnya E 7015, E 7016 dan E 7018.
D. Berikut ini diberikan daftar kondisi pengelasan untuk elektroda Philips
baja
lunak dan baja paduan rendah.
1.
Elektroda
Untuk Besi Tuang
Elektroda yang dipekai untuk mengelas besi tuang adalah elektroda Baja,
elektroda nikel, elektrode perunggu dan elektroda besi tuang
2.
Elektroda nikel
Elektroda jenis
ini dipakai untuk mengelas besi tuang, bila hasil las masih dikerjakan lagi
dengan mesin. Elektroda nikel dapat dipakai dalam sagala posisi pengelasan.
Rigi-rigi las yang dihasilkan elektroda ini pada besi tuang adalah rata dan
halus bila dipakai pada pesawat las DC kutub terbalik. Karakteristik elektroda
nikel dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
3.
Elektroda Baja
Elektroda jenis ini bila dipakai untuk mengelas besi tuang akan
menghasilkan deposit las yang kuat sehingga tidak dapat dikerjakan dengan
mesin. Dengan demikian elektroda ini dipakai bila hasil las tidak dikerjakan
lagi. Untuk mengelas besi tuang dengan elektroda baja dapat dipakai pesawat las
AC atau DC kutub terbalik.
4.
Elektroda perunggu
Hasil las dengan memakai elektroda ini tahan terhadap retak, sehingga
panjang las dapat ditambah. Kawat inti dari elektroda dibuat dari perunggu
fosfor dan diberi selaput yang menghasilkan busur stabil.
5.
Elektroda dengan Hydrogen rendah
Elektroda jenis ini pada dasarnya dipakai untuk baja yang mengandung karbon
kurang dari 1,5%. Tetapi dapat juga dipakai pada pengelasan besi tuang dengan
hasil yang baik. Hasil lasnya tidak dapat dikerjakan dengan mesin.
6.
Elektroda
Untuk Aluminium.
Aluminium dapat dilas listrik dengan elektroda yang dibuat dari logam yang
sama. Pemilihan elektroda aluminium yang sesuai dengan pekerjaan didasarkan
pada tabel keterangan dari pabrik yang membuatnya. Elektroda aluminium AWS-ASTM
AI-43 untuk las busur listrik adalah dengan pasawat las DC kutub terbalik
dimana pemakaian arus dinyatakan dalam tabel berikut
D. Elektroda untuk pelapis
Keras
Tujuan pelapis keras dari segi kondisi pemakaian yaitu
agar alat atau bahan tahan terhadap kikisan, pukulan dan tahan aus. Untuk
tujuan itu maka Elektroda untuk pelapis keras dapat diklasifikasikan dalam tiga
macam Yaitu elektroda tahan kikisan, elektroda tahan pukulan dan elektroda
tahan aus.
1.
Elektroda tahan kikisan.
Elektroda jenis ini dibuat dari tabung chrom karbida
yang diisi dengan serbuk-serbuk karbida. Elektroda dengan diameter 3,25 mm –
6,5 mm dipakai peda pesawat las ACatau DC kutub terbalik. Elektroda ini dapat dipakai
untuk pelapis keras permukaan pada sisi potong yang tipis, peluas lubang dan
beberapa type pisau.
2.
Elektroda tahan pukulan.
Elektroda ini dapat dipakai pada pesawat las AC atau
DC kutub terbalik. Dipakai untuk pelapis keras bagian pemecah dan palu.
3.
Elektroda tahan keausan.
Elektroda ini dibuat dari paduan-paduan non ferro yang
mengandung Cobalt, Wolfram dan Chrom. Biasanya dipakai untuk pelapis keras permukaan
katup buang dan dudukan katup dimana temperatur dan keausan sangat tinggi.
TUGAS SETELAH PRAKTIKUM
Setelah praktikan
menyelesaikan praktikum, selanjutnya buatlah laporan dan jawablah pertanyaan
berikut :
1.
Buat analisis hasil pengelasan meliputi kampuh las, permukaan hasil las.
JAWAB:
1. Jenis kampuh las yang
digunakan adalah kampuh persegi tertutup. Benda kerja dengan
ketebalan sampai 5 mm tidak perlu persiapan khusus. Benda kerja dengan
ketebalan tersebut dapat disambung dengan jenis kampuh atau alur persegi (square
groove weld). Kampuh
persegi ini dapat dibuat dengan posisi kampuh tertutup ataupun terbuka.
Permukaan hasil las yang
dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1 Benda
Kerja Akhir
Pada hasil las benda kerja
akhir, permukaan yang dihasilkan tidak rata, bergelombang dan terbentuk pola gelembung
yang merupakan hasil las yang kurang bagus serta pada bagian sambungan las
ditemukan adanya lubang cukup besar yang sangat jelas. Hal – hal ini terjadi
akibat teknik proses pengelasan yang kurang baik dan kecepatan pengelasan yang
relatif lambat sehingga menghasilkan permukaan sambungan las yang tidak rata
dan bergelembung serta boraks yang terlalu banyak yang menyebabkan pelelehan
kuningan menjadi lebih cepat sehingga akan menimbulkan endapan lebih banyak,
sedangkan jika boraks terlalu sedikit maka akan menyebabkan sambungan las yang
sangat tipis karena logam kuningan akan lama untuk meleleh.
Baik, teman - teman dan pembaca semua, terima kasih sebelumnya sudah membaca sampai akhir semoga bermanfaat dan berguna bagi kalian semua. Terima kasih juga kepada asisten laboratorium dan dosen mata kuliah praktikum proses produksi yang telah memberikan dukungan dan bimbingan dalam pelaksanaan praktikum ini. Sampai berjumpa di postingan selanjutnya, salam sehat.
- Andrean Yonathan
Comments
Post a Comment