Laporan Proyek Perancangan Industri 1: BAB 2 DASAR TEORI
2.1 Marketing Research
Selain pengertian riset pemasaran
secara umum, para ahli pun memiliki pendapatnya sendiri mengenai
definisi riset pemasaran. Philip Kotler yang dikenal sebagai salah satu
guru pemasaran dunia mendefinisikan riset pemasaran sebagai perancangan,
pengumpulan, analisis, dan pelaporan yang sistematis dari data atau temuan yang
relevan dengan situasi pemasaran tertentu yang dihadapi oleh perusahaan.
Sementara
itu, praktisi riset Robby Susatyo memiliki pendapatnya sendiri
mengenai riset pemasaran. Robby Susatyo mendefinisikan riset
pemasaran sebagai suatu identifikasi yang objektif dan sistematis, yang
dilanjutkan dengan pengumpulan. analisis, dan perangkaian informasi yang
bertujuan untuk memperbaiki pengambilan keputusan yang berkaitan solusi masalah
dan penemuan peluang dalam proses pemasaran. Selain para ahli, beberapa
badan dan organisasi dunia juga memiliki definisi sendiri untuk riset pemasaran.
American Marketing Association (AMA) mendefinisikan riset pemasaran
sebagai fungsi yang menghubungkan konsumen, pelanggan, dan masyarakat umum
dengan pemasar melalui informasi. Informasi ini digunakan untuk
mengidentifikasi dan menentukan peluang dan masalah pemasaran; merumuskan,
menyempurnakan dan mengevaluasi tindakan pemasaran; memantau kinerja pemasaran;
dan menyempurnakan pemahaman mengenai pemasaran sebagai sebuah proses serta
pemahaman atas cara-cara yang dapat membuat aktivitas pemasaran lebih efektif.
Terdapat beberapa proses riset
pemasaran yaitu:
a. Perumusan Masalah
Peran penting dari riset pemasaran adalah membantu merumuskan
masalah yang akan dianalisis. Riset hanya dapat dirancang secara sistematis
untuk memberikan informasi berharga jika masalah yang dihadapi telah dirumuskan
secara jelas dan akurat. Pada proses perumusan masalah, juga terdapat
spesifikasi tujuan riset yang dilakukan.
b.
Penentuan
Desain Riset
Pada tahapan ini dibuat kerangka untuk melaksanakan
penelitian. Di dalamnya memuat secara rinci prosedur untuk pengumpulan data,
cara pengujian hipotesis, kemungkinan jawab terhadap research questions sampai dengan model analisis yang akan
digunakan.
c.
Perancangan
Metode Pengumpulan Data
Setelah ditentukan prosedur yang dipakai untuk pengumpulan
data, dilakukan kegiatan pengumpulan data baik data primer maupun data
sekunder. Pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara wawancara, baik
secara langsung, telepon, maupun surat. Sedangkan untuk mendapatkan data
sekunder dapat digunakan fasilitas internet, perpustakaan, publikasi
lembaga-lembaga statistik, majalah dan sebagainya.
d.
Perancangan
Sampel dan Pengumpulan Data
Perancangan sampel harus dilakukan dengan membuat spesifikasi
kerangka sampling, proses pemilihan
sampel dan jumlah sampel yang akan diambil. Kerangka sampling merupakan daftar unsur populasi yang harus diambil
sampelnya. Proses pemilihan sampel didasarkan pada berbagai metode sampling, baik probability sampling maupun non
probability sampling.
e.
Analisis
dan Interpretasi Data
Temuan riset pemasaran tidak akan ada nilainya jika tidak
dianalisis dan ditafsirkan. Analisis data terdiri atas beberapa langkah, yakni:
editing, koding, tabulasi, analisis
(misalnya uji statistik) dan penafsiran data.
f. Penyusunan Laporan Riset
Laporan riset merupakan rangkuman hasil, kesimpulan dan rekomendasi penelitian yang diserahkan kepada pihak manajemen untuk pengambilan keputusan. Biasanya laporan riset akan dijadikan standar penilaian yang digunakan para eksekutif dalam mengevaluasi proses manfaat riset pemasaran. oleh sebab itu laporan riset harus jelas, informatif dan akurat.
2.2 Market Research
Definisi Market Research menurut
Malhotra adalah identifikasi, pengumpulan, analisis, diseminasi, serta
penggunaan informasi secara sistematik dan objektif. Informasi tersebut
digunakan untuk membantu manajemen membuat keputusan yang berhubungan dengan
identifikasi dan penyelesaian masalah dalam bidang pemasaran (Malhotra, 2005).
Menurut Doman (2002), ada 4 tujuan dasar dan riset pasar,
diantaranya menganalisis pasar, menganalisis tanggapan pasar terhadap suatu
produk atau jasa, menganalisis efektivitas iklan atau promosi dan perusahaan,
dan menyusun strategi.
Apa pentingnya Market Research?
Melakukan Market Research sangat penting
sebelum kita melakukan suatu kegiatan karena dengan melakukan Market Research, kita dapat mengetahui informasi
terkait dengan kegiatan yang akan kita lakukan sehingga kita dapat menyesuaikan
tindakan yang tepat dalam menanggapi informasi yang telah kita peroleh
sebelumnya. Dengan demikian, kita dapat meminimalkan resiko kegagalan yang
dapat dilakukan.
Market Research dapat digunakan dalam
melaksanakan kegiatan apapun. Contohnya dalam pelaksanaan kegiatan bisnis.
Ketika hendak menjalankan bisnis, dengan melakukan Market Research kita dapat mengetahui keadaan
target pasar dan juga tanggapan dari target konsumen yang akan disasar.
Informasi yang dapat diperoleh misalnya dapat berupa lokasi penjualan yang
efektif untuk memasarkan produk, range harga
yang diharapkan oleh konsumen dan atribut-atribut produk yang diinginkan atau
tidak diinginkan oleh konsumen. Dengan demikian, kita dapat mengevaluasi
beberapa hal terkait dengan produk dalam menjalankan bisnis ataupun melakukan
perubahan terkait dengan produk sehingga dapat lebih tepat sasaran untuk
memasarkan produk.
2.3 Metode Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap yang mengindikasikan responden pada posisi setuju atau tidak
setuju terhadap pernyataan yang tertulis di dalam angket (Rensis Likert, 1930).
Skala Likert atau Likert Scale adalah
skala penelitian yang digunakan untuk mengukur sikap dan pendapat. Dengan skala
likert ini, responden diminta untuk melengkapi kuesioner yang mengharuskan
mereka untuk menunjukkan tingkat persetujuannya terhadap serangkaian
pertanyaan.
Pertanyaan
atau pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini biasanya disebut dengan
variabel penelitian dan ditetapkan secara spesifik oleh peneliti. Nama Skala
ini diambil dari nama penciptanya yaitu Rensis Likert, seorang ahli psikologi
sosial dari Amerika Serikat.
Bentuk
jawaban skala likert antara lain: sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak
setuju, dan tidak setuju. Selain itu, jawaban setiap item instrumen yang
menggunakan skala likert bisa juga mempunyai gradasi dari sangat positif sampai
sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain: Sangat Penting (SP),
Penting (P), Ragu-ragu (R), Tidak Penting (TP), Sangat Tidak Penting (STP).
Skala
likert merupakan metode skala bipolar yang mengukur baik tanggapan positif
ataupun negatif terhadap suatu pernyataan. Empat skala pilihan juga kadang
digunakan untuk kuesioner skala likert yang memaksa orang memilih salah satu
kutub karena pilihan “netral” tak tersedia. Dalam membuat skala Likert, ada
beberapa langkah prosedur yang harus dilakukan peneliti, antara lain:[8]
a.
Peneliti mengumpulkan item-item yang cukup banyak,
memiliki relevansi dengan masalah yang sedang diteliti, dan terdiri dari item
yang cukup jelas disukai dan tidak disukai.
b.
Kemudian item-item itu dicoba kepada sekelompok
responden yang cukup representatif dari populasi yang ingin diteliti.
c.
Responden di atas diminta untuk mengecek tiap item,
apakah ia menyenangi (+) atau tidak menyukainya (-). Respons tersebut
dikumpulkan dan jawaban yang memberikan indikasi menyenangi diberi skor
tertinggi. Tidak ada masalah untuk memberikan angka 5 untuk yang tertinggi dan
skor 1 untuk yang terendah atau sebaliknya. Yang penting adalah konsistensi
dari arah sikap yang diperlihatkan. Demikian juga apakah jawaban “setuju” atau
“tidak setuju” disebut yang disenangi, tergantung dari isi pertanyaan dan isi
dari item-item yang disusun.
d.
Total skor dari masing-masing individu adalah
penjumlahan dari skor masing-masing item dari individu tersebut.
e.
Respon dianalisis untuk mengetahui item-item mana
yang sangat nyata batasan antara skor tinggi dan skor rendah dalam skala total.
Misalnya, responden pada upper 25% dan lower 25% dianalisis untuk melihat
sampai berapa jauh tiap item dalam kelompok ini berbeda. Item-item yang tidak
menunjukkan beda yang nyata, apakah masuk dalam skortinggi atau rendah juga
dibuang untuk mempertahankan konsistensi internal dari pertanyaan.
2.4 Metode Analytical
Hierarchy Process (AHP)
Thomas
L. Saaty, Profesor pada Wharton School of
Economics, Amerika serikat (1915-1971) mengembangkan metode analisis
keputusan yang diberi nama Analytical
Hierarchy Process (AHP). Menurut Saaty, kerumitan dalam pengambilan
keputusan itu ialah karena keragaman kriteria.
Pada dasarnya metode AHP yang dikembangkan oleh Thomas
Saaty, memecah-mecah suatu situasi ke dalam bagian-bagian komponennya dan
menata bagian atau variabel ini ke dalam suatu susunan hirarki.
Metode Analytic
Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 70 –
an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan dalam sistem pengambilan keputusan dengan memperhatikan faktor-faktor
persepsi, preferensi, pengalaman dan intuisi. AHP menggabungkan
penilaian-penilaian dan nilai-nilai pribadi ke dalam satu cara yang logis.
Analytic Hierarchy
Process (AHP) dapat menyelesaikan masalah
multikriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Masalah yang kompleks dapat
diartikan bahwa kriteria dari suatu masalah yang begitu banyak (multikriteria),
struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian pendapat dari pengambil
keputusan, pengambil keputusan lebih dari satu orang, serta ketidakakuratan
data yang tersedia. Menurut Saaty, hirarki didefinisikan sebagai suatu
representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi
level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria,
sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif.
Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam
kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadisuatu bentuk hirarki sehingga
permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis.
Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil
keputusan dengan efektif atas persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat
proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam
bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki,
memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap
variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel
yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk
mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan
dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai
pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara
intuitif sebagaimana yang dipersentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat.
Analytic Hierarchy
Process (AHP) mempunyai landasan aksiomatik
yangterdiri dari:
a. Reciprocal Comparison,
yang mengandung arti si pengambil keputusan harus bisa membuat perbandingan dan
menyatakan preferensinya. Preferensinya itu sendiri harus memenuhi syarat
resiprokal yaitu kalau A lebih disukai dari B dengan skala x, maka B lebih
disukai dari A dengan skala.
b. Homogenity,
yang mengandung arti preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala
terbatas atau dengan kata lain elemenelemennya dapat dibandingkan satu sama
lain. Kalau aksioma ini tidak dapat dipenuhi maka elemen-elemen yang
dibandingkan tersebut tidak homogenous dan harus dibentuk suatu’cluster’
(kelompok elemenelemen) yang baru.
c. Independence,
yang berarti preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa kriteria tidak
dipengaruhi oleh alternati-alternatif yang ada melainkan oleh objektif secara
keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan atau pengaruh dalam
model AHP adalah searah ke atas. Artinya perbandingan antara elemen-elemen
dalam satu level dipengaruhi atau tergantung oleh elemen-elemen dalam level di
atasnya.
d. Expectations,
artinya untuk tujuan pengambilan keputusan, struktur hirarki diasumsikan
lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka pengambil keputusan tidak
memakai seluruh kriteria dan atau objektif yang tersedia atau diperlukan
sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap.
Tahapan – tahapan pengambilan keputusan dalam metode
AHP pada dasarnya adalah sebagai berikut:
a. Mendefinisikan
masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
Dalam
tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita pecahkan secara
jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada kita coba tentukan
solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin
berjumlah lebih dari satu. Solusi
tersebut nantinya kita kembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya.
b. Membuat
struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama.
Setelah
menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hirarki yang berada di bawahnya
yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk mempertimbangkan atau menilai
alternatif yang kita berikan dan
menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang
berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan).
c. Membuat
matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau
pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya.
Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk
kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan
semua perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan prioritas
secara keseluruhan untuk perubahan
pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas
yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment
dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen
dibandingkan elemen lainnya. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan
dipilih sebuah kriteria dari level paling atas hirarki misalnya K dan kemudian
dari level di bawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya
E1,E2,E3,E4,E5.
d. Melakukan
perbandingan berpasangan sehingga
diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n
adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. Hasil perbandingan dari
masing-masing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9 yang menunjukkan
perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam
matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi
nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas
antar elemen. Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian
dengan elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan perbandingan berpasangan
dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty bisa dilihat di bawah.
Intensitas Kepentingan
1 = Kedua elemen sama pentingnya, Dua
elemen mempunyai pengaruh yang sama besar.
3 = Elemen yang satu sedikit lebih
penting daripada elemen yanga lainnya, Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong
satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya .
5 = Elemen yang satu lebih penting
daripada yang lainnya, Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu
elemen dibandingkan elemen yang lainnya
7 = Satu elemen jelas lebih mutlak
penting daripada elemen lainnya, Satu elemen yang kuat disokong dan dominan
terlihat dalam praktek.
9 = Satu elemen mutlak penting
daripada elemen lainnya. Bukti yang
mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memeliki tingkat penegasan
tertinggi yang mungkin menguatkan.
2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai
pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan. Nilai ini diberikan bila ada dua
kompromi di antara 2 pilihan. Kebalikan = Jika untuk aktivitas imendapat satu
angka dibanding dengan aktivitas j , maka j mempunyai nilai kebalikannya
dibanding dengan i.
e. Menghitung
nilai eigen dan menguji konsistensinya. Jika tidak konsisten maka pengambilan
data diulangi.
f.
Mengulangi langkah 3,4,
dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
g. Menghitung
vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang merupakan bobot
setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki
terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan
nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total
kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan
nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk
mendapatkan rata-rata.
h. Memeriksa
konsistensi hirarki.
Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 %.
2.5 Ergonomi
Ergonomi
adalah suatu aturan atau norma dalam sistem kerja. Kata “ergonomi” berasal dari
kata Yunani yaitu “ergon” berarti kerja dan “nomos” berarti hukum alam, dapat
didefinisikan sebagai studi tentang aspek manusia dalam lingkungan kerjanya
yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan
perancangan dan desain (Nurmianto, 1996). Ergonomi adalah ilmu, seni dan
penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala
fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan
kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas
hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka, dkk, 2004).
Menurut International Ergonomics Association (IEA),
Ergonomi (atau human factor) adalah disiplin ilmu yang mempelajari interaksi
manusia dengan elemen lainnya di dalam sebuah sistem, dan profesi yang
mengaplikasikan prinsip-prinsip teori, data dan metode untuk mendesain kerja
yang mengoptimalkan kesejahteraan manusia dan kinerja sistem secara
keseluruhan. Ergonomi adalah disiplin yang berorientasi sistem, yang sekarang
berlaku untuk semua aspek kegiatan manusia.
Fokus ergonomi melibatkan tiga komponen utama yaitu
manusia, mesin dan lingkungan yang saling berinteraksi satu dengan yang
lainnya. Interaksi tersebut menghasilkan suatu sistem kerja yang tidak bisa
dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya yang dikenal dengan istilah
worksystem (Bridger, 2003).
2.5.1 Manfaat Ergonomi
Menurut Pheasant (2003) ada beberapa manfaat ergonomi,
yaitu :
1.
Peningkatan hasil produksi, yang berarti menguntungkan secara ekonomi.
Hal ini antara lain disebabkan oleh:
a. Efisiensi waktu kerja yang
meningkat.
b. Meningkatnya kualitas kerja.
c. Kecepatan pergantian pegawai (labour turnover) yang relatif rendah.
2.6 Antropometri
Pengukuran
antropometri sangat berguna untuk melakukan perancangan peralatan maupun
fasilitas yang diperlukan untuk aktivitas sehari-hari. Penggunaan antropometri
di tempat kerja ditujukan untuk mengevaluasi sikap dan jarak untuk menjangkau,
menentukan jarak kelonggaran tubuh terhadap lingkungan yang berbahaya dan untuk
membantu dalam analisis biomekanika (Prado-Lu, 2007). Antropometri tangan dapat
digunakan untuk perancangan alat-alat tangan maupun untuk fasilitas olah raga
yang berkaitan dengan penggunaan tangan. Rancangan alat tangan yang ergonomis
bertujuan untuk mengoptimalkan handle agar efektif dalam melakukan aktivitas
untuk mengurangi beban pada otot, tendon kulit dan sendi (Roger et al., 2008).
Rancangan peralatan tangan yang ergonomis digunakan untuk mengurangi tekanan
kontak pada karpal serta untuk menghindari cedera pada pergelangan tangan,
Permasalahan yang terjadi dalam perancangan peralatan tangan adalah
ketidaksesuaian antara dimensi peralatan dengan data antropometri.
Ketidaksesuaian ini menyebabkan penurunan produktivitas, ketidaknyamanan,
kecelakaaan, tekanan biomekanika, kelelahan, cedera dan cumulative trauma
disorders (Mandahawi et al., 2008). Rancangan peralatan tangan yang tidak
sesuai dengan data antropometri disebabkan karena keterbatasan data
antropometri tangan yang dimiliki. Permasalahan tersebut menjadikan rancangan
yang dibuat hanya didasarkan pada ukuran rancangan yang telah ada, sehingga
rancangan menjadi tidak nyaman digunakan yang berdampak pada gangguan pada
tangan. Beberapa riset telah dilakukan yang menunjukkan pentingnya penggunaan
data antropometri terhadap perancangan peralatan tangan (Chandra et al., 2011;
Okunribido, 2000 ; Kar et al., 2003). Kekuatan tangan pada saat menggunakan
peralatan dipengaruhi oleh bentuk handle yang dirancang. Pada dasarnya
optimalisasi penggunaan peralatan sangat tergantung pada tingkat kenyamanan dan
kekuatan genggam dalam menggunakan handle. Riset pengukuran antropometri tangan
telah dilakukan dengan berbagai jenis fungsi penggunaan. Prado-Lu, 2007
melakukan pengukuran antropometri pekerja di Filipina yang ditujukan utuk
memberikan informasi data antropometri pekerja yang dapat digunakan untuk
perbaikan kerja. Penelitian antrometri tangan pada pekerja wanita industri
Thailand dilakukan oleh Saengchaiya (2004). Penelitian yang dilakukan oleh
Mandahawi et al., (2008) adalah pengukuran antropometri tangan dengan populasi
Yordania. Kedua penelitian tersebut bertujuan untuk membandingkan antropometri
tangan di Thailand dan Yordania dengan populasi yang lain. Ismaila (2009)
mengukur antropometri tangan, kaki dan telinga mahasiswa di Nigeria.
Pengambilan data digunakan untuk perancangan sarung tangan, handle, sepatu,
pedal, ear-phones dan produk lainnya, Penelitian antropometri yang berhubungan
dengan pengukuran kekuatan genggam dilakukan oleh España-Romero et al. (2008).
Penelitian ditujukan untuk mengetahui pengaruh rentang tangan yang diukur dari
ujung jari kelingking sampai ujung ibu jari terhadap kekuatan genggam anak
lakilaki dan perempuan usia 6 sampai 12 tahun. Barut et al., (2008)
mengevaluasi ukuran antropometri tangan dan kekuatan genggam pemain basketball,
volleyball dan handball. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang
signifikan untuk lebar tangan kanan dan tangan kiri, jari telunjuk kanan, dan
panjang tangan kanan dan kiri. Sedangkan Ruiz-Ruiz (2002) melakukan penelitian
pengaruh ukuran tangan terhadap regangan genggam yang optimal. Pada tulisan ini
dibahas antropometri tangan untuk usia 18 sampai dengan 22 tahun yang dapat
digunakan sebagai masukan bagi para perancang dan peneliti.
2.6.1 Data Antropometri
Tangan
Tabel data anthropometri telapak tangan orang
Indonesia yang didapat dari interpolasi data Pheasant (1986) Suma’mur (1989)
dan Nurmianto (1991) dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan dimensi tangan yang diukur ditunjukkan pada
Gambar 2.1.
Tabel 2.1 Tabel Data Anthropometri Telapak
Tangan Orang Indonesia
Gambar 2.1 Anthropometri Tangan
(Sumber:
Nurmianto, 1991)
2.7 Pengertian Perencanaan Produk
Perencanaan produk adalah proses menciptakan
ide produk dan menindaklanjuti sampai produk diperkenalkan ke pasar. Selain
itu, perusahaan harus memiliki strategi cadangan apabila produk gagal dalam
pemasarannya. Termasuk diantaranya ekstensi produk atau perbaikan, distribusi,
perubahan harga dan promosi.
Kesuksesan ekonomi suatu
perusahaan manufaktur tergantung kepada kemampuan untuk mengidentifikasi
kebutuhan pelanggan, kemudian secara cepat menciptakan produk yang dapat
memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya yang rendah. Hal ini bukan merupakan
tanggung jawab bagian pemasaran, bagian manufaktur,atau bagian desain saja,
melainkan merupakan tanggung jawab yang melibatkan banyak fungsi yang ada di
perusahaan. Metode pengembangan produk berdasarkan kepada permintaan atau
persyaratan serta spesifikasi produk oleh customer adalah metode yang cukup
baik, karena dengan berbasis keinginan customer maka kemungkinan produk
tersebut tidak diterima oleh customer menjadi lebih kecil.
Dari sudut pandang investor
pada perusahaan yang berorientasi laba, usaha pengembangan produk dikatakan
sukses jika produk dapat diproduksi dan dijual dengan menghasilkan laba.Namun
laba seringkali sulit untuk dinilai secara cepat dan langsung.
Terdapat 5 dimensi spesifik
yang berhubungan dengan laba dan biasa digunakan untuk menilai kinerja usaha
pengembangan produk, yaitu:[13]
a. Kualitas Produk
Seberapa baik produk yang
dihasilkan dari upaya pengembangan dan dapat memuaskan kebutuhan pelanggan.
Kualitas produk pada akhirnya akan mempengaruhi pangsa pasar dan
menentukan harga yang ingin dibayar oleh pelanggan.
b. Biaya Produk
Biaya untuk modal peralatan
dan alat bantu serta biaya produksi setiap unit disebut biaya manufaktur dari
produk. Biaya produk menentukan berapa besar laba yang dihasilkan oleh
perusahaan pada volume penjualan dan harga penjualan tertentu.
c. Waktu Pengembangan Produk
Waktu pengembangan akan
menentukan kemampuan perusahaan dalam berkompetisi, menunjukkan daya tanggap
perusahaan terhadap perubahan teknologi dan pada akhirnya akan menentukan
kecepatan perusahaan untuk menerima pengembalian ekonomis dari usaha yang
dilakukan tim pengembangan.
d. Biaya Pengembangan
Biaya pengembangan biasanya
merupakan salah satu komponen yang penting dari investasi yang dibutuhkan untuk
mencapai profit.
e. Kapabilitas Pengembangan.
Kapabilitas pengembangan
merupakan asset yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengembangkan produk
dengan lebih efektif dan ekonomis dimasa yang akan datang.
Perancangan dan pembuatan
suatu produk baik yang baru atau yang sudah ada merupakan bagian yang sangat
besar dari semua kegiatan teknik yang telah ada. Kegiatan ini didapat dari
persepsi tentang kebutuhan manusia, kemudian disusul oleh penciptaan suatu
konsep produk, perancangan produk, pengembangan dan penyempurnaan produk, dan
diakhiri dengan pembuatan dan pendistribusian produk tersebut.
Di dalam suatu produk yang
akan dikembangkan, tiap – tiap elemen suatu produk mempunyai fungsi – fungsi
sendiri. Diantara fungsi – fungsi satu dengan yang lain terkadang ada saling
terkait, sehingga suatu fungsi komponen akan menentukan fungsi komponen
lainnya. Secara umum penentuan fungsi produk dapat
dicari dengan dua langkah, yaitu:
- Identifikasi
dan penyusunan fungsi produk.
- Pengelompokan
fungsi produk.
Proses adalah merupakan
urutan langkah-langkah pengubahan sekumpulan input menjadi sekumpulan output. Proses Pengembangan produk adalah langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan
di mana suatu perusahaan berusaha untuk menyusun, merancang, dan
mengkomersialkan suatu produk.
Pengembangan produk adalah
kegiatan interdisiplin yang membutuhkan kontribusi hampir semua bagian di
perusahaan, namun ada 3 bagian yang memegang peranan penting, yaitu:
a. Marketing
Fungsi marketing menjadi jembatan antaraperusahaan dan pelanggan. Marketin
mengidentifikasi peluang sebuah produk, segmentasi pasar, dan identifikasi
kebutuhan pelanggan. Marketing juga
menentukan target harga, memimpin peluncuran dan promosi produk.
b. Design
Fungsi desain memainkan
peranan utama dalam menentukan bentuk fisik produk. Fungsi ini termasuk engineering design (mechanical, electrical, software, dll) dan industrial design (aesthetics, ergonomics, user interface, dll)
c. Manufacturing
Fungsi manufaktur
bertanggungjawab untuk mendesain dan mengoperasikan system produksi untuk
memproduksi produk. Temasuk dalam fungsi ini adalah purchasing, distribution,
dan instalasi.
Proses perencanaan produk
dilakukan sebelum suatu proyek pengembangan produk secara formal disetujui,
sumber daya yang penting dipakai dan sebelum tim pengembang yang lebih besar
dibentuk. Perencanaan produk merupakan suatu kejadian yang mempertimbangkan
portofolio suatu proyek, sehingga suatu organisasi dapat mengikuti dan
menetukan bagian apa dari proyek yang akan diikuti selama periode tertentu. Kegiatan perencanaan produk menjamin bahwa
proyek pengembangan produk mendukung strategi bisnis perusahaan yang lebih luas
dan menentukan:
a. Proyek-proyek pengembangan produk apa yang akan
dilakukan.
b. Kombinasi pengembangan produk (produk baru,
produk platform, atau produk turunan).
c. Keterkaitan antar proyek dalam suatu portofolio.
d. Waktu dan urutan proyek.
Setiap proyek terpilih dilengkapi dengan tim
pengembang produk. Tim ini harus mengetahui misi proyek sebelum dimulai
pengembangan. Misi setiap proyek seharusnya memuat:
a. Segmen pasar yang dapat dipertimbangkan untuk
merancang dan mengembangkan produk.
b. Teknologi yang digunakan.
c. Target proyek secara finansial.
d. Anggaran dan deadline proyek.
2.8 Proses Perencanaan Produk
Rencana produk mengidentifikasi portofolio
produk-produk yang dikembangkan dan waktu pengenalan ke pasar. Proses
perencanaan mempertimbangkan peluang-peluang pengembangan produk, yang diidentifikasi
oleh banyak sumber, mencakup usulan bagian pemasaran, penelitian, pelanggan,
tim pengembangan produk dan analisis keunggulan para pesaing.
Rencana produk perlu diperbarui secara berkala
agar dapat mengakomodasi perubahan dan perkembangan yang ada. Untuk
mengembangkan suatu rencana produk dan pernyataan misi proyek perlu 5 (lima)
tahapan proses:
a. Mengidentifikasi peluang
Peluang-peluang melibatkan beberapa dari 4
(empat) tipe proyek pengembangan produk, yaitu:
1. Produk baru.
2. Turunan dari produk yang sudah ada.
3. Perbaikan produk yang sudah ada.
4. Produk yang pada dasarnya baru.
Identifikasi peluang dapat
dilakukan dengan cara:
1. Keluhan pelanggan terhadap produk sejenis yang
sudah ada.
2. Analisa keunggulan dan kelemahan produk pesaing.
3. Usulan pelanggan yang dikumpulkan secara
otomatis.
4. Pertimbangan implikasi terhaadap adanya
kecenderungan dalam gaya idup, demografi dan teknologi untuk kategori yang
produk ada dan peluang-peluang kategori produk baru.
b. Mengevaluasi dan Memprioritaskan Proyek
Empat perspektif dasar yang berguna dalam
mengevaluasi dan memprioritaskan peluang-peluang bagi produk baru dalam
kategori produk yang sudah ada adalah:
1. Strategi bersaing
Strategi bersaing perusahaan merupakan sebuah
pendekatan pasar dan produk yang mendasar dengan memperhatikan para pesaing.
Strategi ini digunakan untuk memilih peluang. Pada umumnya perusahaan melakukan
diskusi pada tingkat manajemen merupakan sebuah kompetensi strategi dan
membantu dalam bersaing. Beberapa strategi yang mungkin untuk diterapkan:
1.1 Kepemimpinan
yang berbasis pada teknologi.
1.2 Kepemimpinan
berbasis efisiensi biaya.
1.3 Fokus
pelanggan.
1.4 Produk tiruan.
2. Segmentasi pasar
Pembagian pasar ke dalam segmen-segmen
memungkinkan perusahaan untuk mempertimbangkan tindakan-tindakan pesaing dan
kekuatan produk perusahaan sekarang berdasarkan kelompok pelanggan yang jelas.
Pemetaan produk-produk pesaing dan milik sendiri dalam segmen-segmen akan
membantu perusahaan dalam memperkirakan peluang produk yang menyebabkan
kelemahan lini produknya dan dan yang memanfaatkan kelemahan dari penawaran
pesaing.
3. Perkembangan teknologi
Dalam bisnis yang sifatnya intensif teknologi,
keputusan perencanaanyang utama adalah penentuan waktu untuk menggunakan
teknologi dasar yang baru dalam lini produk.
4. Perencanaan platform produk
Platform produk
merupakan sekumpulan aset yang dibagi dalam sekumpulan produk. Platform yang
efektif dapat memungkinkan variasi turunan produk untuk dirancang lebih cepat
dan mudah, yang setiap produk memberikan ciri-ciri dan fungsi-fungsi yang
diinginkan oleh pasar utama.
Keputusan mengenai platform produk sangat
berkaitan dengan usaha pengembangan produk dari perusahaan dan untuk memutuskan
mengenai teknologi mana yang akan digunakan untuk produk baru.
Satu teknik untuk mengkoordinasikan pengembangan
teknologi dengan perencanaan produk adalah peta jalur teknologi. Peta jalur
teknologi merupakan cara untuk menunjukkan ketersediaan yang diharapkan dan
masa depan penggunaan berbagai teknologi yang relevan untuk produk yang
dipertimbangkan.
5. Evaluasi peluang produk baru secara fundamental
Beberapa kriteria untuk mengevaluasi peluang
produk baru secara fundamental adalah:
5.1.Ukuran pasar (unit/tahun x harga rata-rata).
5.2.Tingkat pertumbuhan pasar (persen per tahun).
5.3.Intensitas persaingan (jumlah pesaing dan
kekuatannya).
5.4.Pengetahuan perusahaan mengenai pasar.
5.5.Pengetahuan perusahaan mengenai teknologi.
5.6.Kesesuaian dengan produk perusahaan lain.
5.7.Kesesuaian dengan kemampuan perusahaan.
6. Menyeimbangkan portofolio proyek pengembangan
Metode penyeimbang
portofolio akan melibatkan pemetaan portofolio sesuai dengan dimensi-dimensi
yang berguna, sehingga manajer akan mempertimbangkan implikasi dari keputusan
perencanaan. Pendekatan
pemetaan yang dikemukakan Cooper et al (1998) melibatkan dimensi seperti resiko
teknis, pengembalian finansial, daya tarik pasar dan sebagainya.
c. Pengalokasian Sumber Daya dan Perencanaan Waktu
1. Pengelolaan sumber daya
Perencanaan agregat akan
membantu perusahaan dalam penggunaan sumber daya secara efisien dengan
mengambil proyek-proyek yang beralasan untuk diselesaikan berdasarkan sumber
daya yang dianggarkan.
2. Penentuan waktu proyek
Penentuan waktu dan urutan proyek harus
mempertimbangkan faktor-faktor:
2.1.Penentuan waktu pengenalan produk.
2.2.Kesiapan teknologi.
2.3.Kesiapan pasar.
2.4.Persaingan dalam penawaran produk.
d. Penyelesaian Perancangan Proyek Pendahuluan
Tahap ini dilakukan setelah
proyek disetujui, tetapi sebelum sumber daya penting digunakan. Kegiatan ini
melibatkan tim fungsional silang yang disebut tim inti. Pada poin ini pernyataan kesempatan yang lebih
sesegera mungkin ditulis kembali sebagai suatu pernyataan visi produk.
Sasaran yang terdefinisi dalam pernyataan visi
produk kadang sangatlah umum. Untuk memberikan petunjuk yang jelas bagi
organisasi pengembangan produk, biasanya tim memformulasikan suatu definisi
yang lebih detail dari pasar target dan asumsi-asumsi yang mendasari operasional
tim pengembangan. Keputusan-keputusan mengenai hal ini akan terdapat dalam
suatu pernyataan misi.
1. Pernyataan misi
Pernyataan misi mencakup:
1.1.Uraian produk ringkas, mencakup manfaat produk utama untuk pelanggan
namun menghindari penggunaan konsep produk secara spesifik.
1.2.Sasaran utama bisnis, mencakup waktu, biaya dan kualitas.
1.3.Pasar target untuk
produk, mengidentifikasi
pasar utama dan pasar kedua yang perlu dipertimbangkan dalam suatu
pengembangan.
1.4.Asumsi dan batasan,
untuk mengarahkan usaha
pengembangan.
1.5.Stakeholder, untuk menjamin bahwa banyak permasalahan
pengembangan ditujukan untuk mendaftar secara eksplisit seluruh stakeholder
dari produk. Daftar stakeholder dimulai dari pengguna akhir dan
pelanggan eksternal yang membuat keputusan-keputusan tentang produk. Daftar stakeholder
menyediakan suatu bayangan bagi tim untuk mempertimbangakn kebutuhan setiap
konsumen.
2. Asumsi dan batasan
Asumsi dan batasan diperlukan agar pengembangan
teknis dari produk lebih terarah. Permasalahan yang perlu dipertimbangkan dalam menyatakan asumsi dan
batasan:
2.1.Manufaktur, mempertimbangkan kemampuan, kapasitas, dan
batasan operasional manufaktur.
2.2.Pelayanan. Pelayanan pelanggan dan pendapatan pelayanan
sangat menentukan keberhasilan perusahaan, sehingga perusahaan perlu menyatakan
sasaran strategis untuk tingkat-tingkat kualitas pelayanan.
2.3.Lingkungan. Sasarannya adalah bahwa seluruh
komponen akan dimanufaktur kembali atau didaur ulang atau keduanya
Sehingga seharusnya tidak ada komponen yang dibuang pelanggan.
3. Penentuan staf dan kegiatan perencanaan
proyek pendahuluan lain.
e. Merefleksikan hasil dengan proses
Langkah terakhir dari
perencanaan dan proses strategi, tim seharusnya menanyakan beberapa pertanyaan
untuk memperlirakan kualitas hasil dan proses.
Karena pernyataan misi merupakan pegangan untuk
tim pengembangan, suatu reality check harus dilakukan sebelum melalui
proses pengembangan. Langkah awal ini merupakan waktu untuk perbaikan.
2.9 Proses Pengembangan Generik (Market
Pull)
Proses
pengembangan generik diawali dengan peluang pasar lalu mendapatkan teknologi
yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan (Ulrich-Epingger, 2001). Proses
pengembangan produk yang umum terdiri dari enam tahap, yaitu:
a.
Perencanaan.
Kegiatan perencanaan ini sering dirujuk karena kegiatan ini
mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual.
b.
Pengembangan Konsep.
Pada fase pengembangan konsep, kebutuhan pasar target diidentifikasi
alternatif konsep-konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau
lebih konsep dipilih untuk pengembangan dan percobaan lebih jauh.
c.
Perancangan
Tingkatan Sistem.
Fase perancangan tingkata sistem mencakup
definisi arsitektur produk dan uraian produk menjadi subsistem-subsistem serta
komponen-komponen.
d.
Perancangan
Detail.
Fase perancangan detail mencakup
spesifikasi lengkap dari bentuk, material dan toleransi-toleransi dari seluruh
komponen unik pada produk dan identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli
dari pemasok.
e.
Pengujian
dan perbaikan.
Fase pengujian dan perbaikan melibatkan
konstruksi dan evaluasi dari bermacam-macam versi produksi awal produk.
f.
Produksi
awal.
Pada fase produksi awal, produk
dibuat dengan menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya.
2.10 Pengembangan
Konsep: Proses Awal Hingga Akhir
Proses
pengembangangan konsep mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a.
Identifikasi kebutuhan
pelanggan
Sasaran kegiatan ini adalah untuk memahami kebutuhan pelanggan dan
mengkomunikasikannya secara efektif kepada tim pengembangan.
b.
Penetapan spesifikasi target
Spesifikasi memberikan uraian yang tepat mengenai bagaimana produk
bekerja.
c.
Penyusunan Konsep
Sasaran penyusunan konsep adalah menggali lebih jauh area
konsep-konsep produk yang mungkin sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
d.
Pemilihan Konsep
Pemilihan konsep merupakan kegiatan dimana berbagai konsep
dianalisis dan secara berturut-turut dieliminasi untuk mengidentifikasi konsep
yang paling menjanjikan.
e.
Pengujian Konsep
Satu atau lebih konsep diuji untuk mengetahui apakah kebutuhan
pelanggan telah terpenuhi, mengidentifikasi beberapa kelemahan yang harus
diperbaiki selama proses pengembangan selanjutnya.
f.
Penentuan Spesifikasi akhir
Spesifikasi target yang telah ditentukan
diawal proses ditinjau kembali setelah proses dipilih dan diuji.
g.
Perencanaan
proyek
Pada kegiatan akhir pengembangan konsep
ini, tim membuat suatu jadual pengembangan secara rinci, menentukan strategi
untuk meminimasi waktu pengembangan dan mengidentifikasi sumber daya yang
digunakan untuk menyelesaikan proyek.
h.
Analisis
Ekonomi
Tim, sering didukung oleh analisis
keuangan, membuat model ekonomis untuk produk baru.
i.
Analisa
Produk-Produk pesaing
Pemahaman mengenai produk pesaing adalah
penting untuk penentuan posisi produk baru yang berhasil dan dapat menjadi
sumber ide yang kaya untuk rancangan produk dan proses produksi.
j.
Pemodelan
dan Pembuatan Prototipe
Setiap tahapan dalam proses pengembangan
konsep melibatkan banyak bentuk model dan prototipe.
Untuk mengembangkan suatu rencana produk
dan pernyataaan misi proyekterdapat lima tahapan proses berikut:
a.
Mengidentifikasi
peluang
b.
Mengevaluasi
dan memprioritaskan proyek
c.
Mengalokasikan
sumberdaya dan rencana waktu
d.
Melengkapi
perencanaan pendahuluan proyek
e.
Merefleksikan
kembali hasil dan proses.
2.11 Membuat
Target Spesifikasi
Target
spesifikasi merupakan tujuan tim pengembangan yang berperan dalam menjelaskan
produk agar sukses di pasaran. Kemudian target spsesifikasi ini akan diperbaiki
tergantung kepada batasan konsep produk yang akhirnya dipilih.
Proses pembuatan target spesifikasi terdiri dari 4 langkah:
a.
Menyiapkan gambar metrik dan
menggunakan metrik-metrik kebutuhan, jika diperlukan.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan
ketika membuat daftar metrik:
1.
Metrik harus komplit
2.
Metrik merupakan variabel yang
berhubungan (dependent), bukan
variabel bebas (independent)
3.
Metrik harus praktis
4.
Beberapa kebutuhan tidak dengan
mudah diterjemahkan menjadi metrik terukur.
b.
Mengumpulkan informasi tentang
pesaing.
c. Menetapkan nilai target ideal dan marginal yang dapat dicapai untuk tiap metrik.
2.12 Menentukan
Spesifikasi Akhir
Menentukan
spesifikasi akhir sangat sulit karena adanya trade-offs, yaitu hubungan
berlawanan antara dua spesifikasi yang sudah melekat pada konsep produk yang
terpilih. Tahap paling sulit untuk memperbaiki spesifikasi adalah memilih
metode agar trade-off dapat terpecahkan.
2.13 Aktivitas
Penyusunan Konsep
Konsep
produk adalah gambaran atau perkiraan mengenai teknologi, prinsip kerja, dan
bentuk produk. Konsep produk merupakan gambaran singkat bagaimana produk
memuaskan kebutuhan pelanggan.
2.14 Tahapan
Penentuan Konsep Produk
Tahapan penentuan konsep
produk terdiri dari 5 tahap antara lain:
a.
Memperjelas Masalah.
Memperjelas masalah mencakup pengembangan sebuah pengertian umum dan
pemecahan sebuah masalah menjadi submasalah.
b.
Pencarian Secara Eksternal.
Pencarian eksternal bertujuan untuk menemukan pemecahan keseluruhan
masalah dan submasalah yang ditemukan selama langkah memperjelas masalah.
c.
Pencarian Secara Internal.
Pencarian internal merupakan penggunaan pengetahuan dan kreativitas
dari tim dan pribadi untuk menghasilkan konsep solusi.
d.
Menggali Secara Sistematis.
Penggalian secara sistematik ditujukan untuk
mengarahkan ruang lingkup kemungkinan dengan mengatur dan mengumpulkan
penggalan solusi yaitu yang merupakan solusi untuk sub-sub masalah.
e. e. Merefleksikan
pada Hasil dan Proses
Meskipun langkah refleksi diletakkan paling akhir,
refleksi sebaiknya dilakukan pada keseluruhan proses.
2.15 Prinsip Desain Keseimbangan
Keseimbangan (Balance) Merupakan titik
ekuilibrium yang dihasilkan ketika mengamati dan menilai sebuah objek
berdasarkan ide maupun struktur fisiknya (seperti masa, gravitasi, ataupun sisi
sebuah halaman) yang memiliki pengaturan sedemikian rupa berkaitan dengan titik
beban visual objek tersebut dalam sebuah komposisi. Keseimbangan sering dibagi
dalam dua jenis yaitu simetris dan asimetris.
Baik, ini adalah BAB 2 LANDASAN TEORI pada keseluruhan laporan PPI 1 ini yang nantinya dilanjutkan dengan BAB 3 MARKET RESEARCH (RISET PASAR) di postingan selanjutnya. Terima kasih untuk teman - teman yang telah setia membaca sampai akhir, semoga bermanfaat dan berguna bagi teman - teman semua. Salam Sehat.
-Andrean Yonathan
Comments
Post a Comment