Praktikum Proses Produksi (Mesin Milling)

Selamat datang kembali teman - teman semua, semoga sehat selalu, Pada postingan saya kali ini akan membahas tentang praktikum proses produksi mesin milling, yang merupakan kelanjutan dari mesin bubut. Semoga postingan saya kali ini dapat bermanfaat dan berguna bagi teman - teman semua dalam menjalani praktikum proses produksi mesin milling. Pengalaman praktikum proses produksi mesin milling ini juga akan saya bagi dalam bentuk laporan. Selamat belajar.

LAPORAN PRAKTIKUM
PROSES PRODUKSI
MESIN MILLING


BAB 1

PENDAHULUAN

 

1.1 Latar Belakang

Pada dewasa kini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) semakin berkembang dengan pesat setiap hari. Kegiatan produksi dan hal-hal lainnya telah dilakukan oleh mesin dan teknologi modern. Kendali masih kendalikan oleh tenaga manusia atau operator, khususnya pada mesin-mesin proses produksi di pabrik-pabrik dalam bidang industri. Operator-operator ini juga dapat diperankan oleh mahasiswa lulusan teknik industri perguruan tinggi yang akan bersaing baik dalam dunia industri dalam negeri ataupun luar negeri.

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang permesinan proses produksi, sangat dibutuhkan banyak sumber daya manusia yang terampil untuk mengoperasikan mesin dan peralatannya. Banyak mahasiswa perguuran tinggi terkadang tidak dapat mengoperasikan mesin tersebut. Mereka cenderung menguasai teori dari mesin tersebut daripada praktiknya. Sedangkan, pada era globalisasi saat ini, dibutuhkan tenaga kerja yang tidak hanya mengerti mengoperasikan mesin tersebut, tetapi juga mengetahui dengan handal teori dari mesin-mesin produksi tersebut.

Salah satu upaya perguruan tinggi untuk mengatasi hal ini adalah memberikan bekal teori permesinan yang cukup kepada mahasiswa dan mengadakan praktikum proses produksi dari mesin-mesin tersebut sehingga mahasiswa dapat memiliki keterampilan dan dapat mengembangkan sikap profesional ketika sudah memasuki praktik kerja lapangan di dunia kerja khususnya di bidang industri. Salah satu proses produksi yang aplikasinya sering digunakan dan diterapkan dalam bidang industri adalah proses milling [1]. Proses milling dibagi menjadi dua buah yaitu proses milling horisontal dan proses milling vertikal. Oleh karena itu, dengan adanya praktikum mesin milling ini, mahasiswa diharapkan mampu dan memiliki pengetahuan dalam pengerjaan mesin milling baik secara teori maupun praktik agar setelah memasuki dunia kerja khususnya dalam bidang industri, mahasiswa dapat menerapkan aplikasi mesin milling ini dalam dunia industri dan agar tidak merasa canggung atau gugup dalam pengoperasian mesin milling ini dalam dunia kerja.


1.2 Tujuan Praktikum

Praktikum proses produksi mesin milling ini bertujuan sebagai berikut:

1.      Untuk mengetahui dan memahami fungsi dari mesin milling.

2.      Untuk mengetahui dan memahami pengoperasian dan mekanisme kerja dari mesin milling.

3.   Untuk mengetahui dan mampu mengerjakan pekerjaan dengan mesin milling dalam dunia kerja khususnya bidang industri.

4.      Untuk mengetahui aplikasi mesin milling dalam bidang industri.

5.      Untuk mengetahui dan mengenal bagian-bagian dari mesin milling.

6.   Untuk mengetahui tentang peralatan dan perlengkapan yang digunakan pada praktikum mesin milling beserta fungsinya.

7.      Untuk mempelajari perbedaan mesin milling dengan mesin perkakas lainnya.

8.      Untuk mengetahui tentang jenis-jenis dari mesin milling.

9.      Untuk mengetahui dan mempelajari tentang jenis-jenis mata potong dari mesin milling.

10.  Untuk mengetahui peralatan dan perlengkapan dari mesin milling.

11.  Untuk dapat menerapkan K3 dalam pengoperasian mesin milling.

12.  Untuk dapat memilih dan mengidentifikasi mata potong yang sesuai untuk benda kerja yang akan dibentuk.


1.3 Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum proses produksi mesin milling ini adalah sebagai berikut:

1.      Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami fungsi dari mesin milling.

2.  Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengoperasian dan mekanisme kerja dari mesin milling.

3.    Mahasiswa dapat mengetahui dan mampu mengerjakan pekerjaan dengan mesin milling dalam dunia kerja khususnya bidang industri.

4.      Mahasiswa dapat mengetahui aplikasi mesin milling dalam bidang industri.

5.      Mahasiswa dapat mengenal dan mengetahui tentang bagian–bagian dari mesin milling.

6.   Mahasiswa dapat mengenal dan mengetahui tentang peralatan dan perlengkapan yang digunakan pada praktikum mesin milling dan fungsinya.

7.   Mahasiswa dapat mengetahui dan mempelajari perbedaan mesin milling dengan mesin perkakas lainnya.

8.      Mahasiswa dapat mengetahui dan mempelajari tentang jenis-jenis dari mesin milling.

9.      Mahasiswa dapat mengetahui dan mempelajari tentang jenis-jenis mata potong mesin milling.

10.  Mahasiswa dapat mengetahui alat-alat pendukung dan perlengkapan dari mesin milling.

11.  Mahasiswa dapat menerapkan K3 dalam pengoperasian mesin milling.

12.  Mahasiswa dapat memilih dan mengidentifikasi mata potong yang sesuai untuk benda kerja yang akan dibentuk.


1.4 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

K3 pada praktikum proses produksi mesin milling adalah :

1.      Praktikan diwajibkan untuk memakai pakaian kerja yang aman pada saat praktikum.

Gambar 1.1 Pakaian Kerja Yang Aman

(Sumber: google.co.id/pakaiankerjayangamanpadapraktikummesinmilling)

2.      Praktikan diwajibkan untuk menggunakan sepatu tertutup yang aman.

Gambar 1.2 Sepatu Boots Praktikum

(Sumber: google.co.id/sepatusafetyboots)

3.      Praktikan dianjurkan untuk menggunakan kaca mata pelindung jika tersedia.

Gambar 1.3 Kacamata Pelindung

(Sumber: google.co.id/kacamatapelindungaman)

4.      Praktikan dianjurkan untuk menggunakan helm praktikum jika tersedia.

Gambar 1.4 Helm Praktikum

(Sumber: google.co.id/helmpraktikum)

5.      Praktikan dianjurkan untuk menggunakan sarung tangan praktikum jika tersedia.

Gambar 1.5 Sarung Tangan Safety

(Sumber: google.co.id/sarungtanganpraktikum)




BAB 2

DASAR TEORI

 

2.1 Pengertian Mesin Milling

Mesin milling adalah mesin yang paling mampu melakukan banyak tugas bila dibandingkan dengan mesin perkakas yang lain. Hal ini disebabkan karena selain mampu memesin permukaan datar maupun berlekuk dengan penyelesaian dan ketelitian yang istimewa, juga berguna untuk menghaluskan atau meratakan benda kerja sesuai dengan dimensi yang dikehendaki. Kedudukan spindel pemotong dari mesin milling adalah vertikal. Gerakan mejanya mempunyai 3 gerakan, yaitu longitudinal, melintang, dan vertikal. Biasanya tidak ada gerakan yang diberikan kepada pemotong kecuali gerakan berputar biasa. Tetapi, kepala spindelnya dapat diputar, yang memungkinkan penyetelan spindel dalam bidang vertikal pada setiap sudut dari vertikal sampai horizontal [5].

Mesin ini mempunyai gerakan spindel aksial yang pendek untuk memudahkan proses milling bertingkat. Beberapa mesin milling dilengkapi dengan alat putar tambahan atau meja kerja putar untuk memungkinkan proses frais alur melingkar atau proses milling kontinu suku cadang produksi yang kecil. Pemotongnya adalah semua jenis milling ujung.

Gambar 2.1 Mesin Milling

(Sumber: google.co.id/mesinmilling)


2.2 Prinsip Kerja Mesin Milling

Prinsip kerja pada mesin milling meliputi (Amstead, 1979) [3]:

1.      Motor sebagai penggerak utama mesin akan berputar jika mesin di on-kan.

2.  Tenaga dari motor akan di transmisikan ke quill dan spindel melalui arbor dan sebuah sistem transmisi pemindah tenaga.

3.   Arah putaran mesin milling dapat diatur melalui sebuah switch. Meja pada mesin milling dapat digerakkan secara longitudinal, menyilang, dan vertikal sesuai dengan kebutuhan proses milling.

Gambar prinsip kerja mesin milling dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Prinsip Kerja Mesin Milling

(Sumber: google.co.id/prinsipkerjamilling)


2.3 Klasifikasi Proses Milling

Proses milling dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis. Klasifikasi ini berdasarkan jenis pahat , arah penyayatan, dan posisi relatif pahat terhadap benda kerja [2]. Tiga klasifikasi proses milling yaitu:

1.      Slab Milling

Proses milling ini disebut slab milling, permukaan yang diproses milling dihasilkan oleh gigi pisau yang terletak pada permukaan luar badan alat potongnya. Sumbu dari putaran pisau biasanya pada bidang yang sejajar dengan permukaan benda kerja yang disayat.

2.      Face Milling

Pada face milling, pahat dipasang pada spindel yang memiliki sumbu putar tegak lurus terhadap permukaan benda kerja. Permukaan hasil proses milling dihasilkan dari hasil penyayatan oleh ujung dan selubung pahat.

3.      End Milling

Pahat pada proses milling ujung biasanya berputar pada sumbu yang tegak lurus permukaan benda kerja.. Pahat dapat digerakkan menyudut untuk menghasilkan permukaan menyudut. Gigi potong pada pahat terletak pada selubung pahat dan ujung badan pahat.

Gambar klasifikasi proses milling dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Klasifikasi Proses Milling

(Sumber: google.co.id/klasifikasiprosesmilling)


2.4 Bagian-Bagian Utama Mesin Milling

Mesin milling kontruksinya berbeda-beda, tetapi pada prinsipnya mesin ini mempunyai beberapa komponen utama (Yanto, 2012), yaitu [4 ]:

Gambar 2.4 Bagian-Bagian Utama Mesin Milling

(Sumber: google.co.id/bagian-bagianutamamesinmilling)

1.      Motor

Motor merupakan bagian yang paling penting dari mesin ini. Motor berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi energi gerak. Tenaga yang dihasilkan dari motor berguna untuk menggerakan pisau, sehingga proses milling dapat dijalankan.

2.      Kolom/Badan Mesin.

Badan mesin ini merupakan bagian yang berdiri tegak dan kokoh karena ia dipakai sebagai patokan dan merupakan dudukan dan rumah dari roda gigi. Selain dari itu juga akan jadi dudukan dari sumbu utama, bahkan untuk jadi dudukan motor dan puli-pulinya itulah ditempatkan. Bagian depan bebentuk ekor burung tegak untuk gerak turun naiknya knee yang membawa saddle dan meja. Pada bagian sebelah atas kolom ini dipasang sumbu utama/spindel untuk dudukan dan membawa arbor sebagai pemegang dari mata potong itu sendiri, sehingga dapat berputar. Pada bagian atas juga dibuat alur ekor burung mendatar yaitu untuk dudukan lengan, dan arm ini dapat didorong maju ataupun mundur untuk mencapai kedudukan tertentu.

3.      Meja Mesin Milling

Meja mesin ini letaknya adalah di atas sadel, bentuknya segiempat panjang dan mempunyai alur-alur T yang berfungsi untuk penempatan baut dan mur T yang berfungsi sebagai pengikat. Untuk jenis mesin tetentu meja ini dapat diatur 0 – 45 derajat , miring ke kiri atau ke kanan. Pergerakan ke kiri atau ke kanan dari meja ini dengan bantuan memutar sumbu transportir yang mempunyai kisar tertentu, yaitu ada yang 5 atau 6 mm ada juga yang berukuran inchi. Apabila perlu meja ini dapat dikunci kepada sadel dan untuk proses milling dengan pemakanan menurun/climb milling, maka pada meja mesin ini dipasang backlash eliminator untuk menahan loncatan dari meja karena pemakanan.

4.      Saddle (Dudukan Meja).

Sadel ini bentuknya persegi artinya mempunyai ukuran lebar sama dengan ukuran panjangnya, dan sadel ini mempunyai alur yang pas kepada lutut, sehingga sadel ini dapat bergerak mundur maju searah dan sejajar dengan gerakan lengan tadi, jadi sadel ini gerakannya tidak bisa kearah kiri atau kearah kanan, artinya hanya dua arah saja yaitu mundur maju dan sadel ini dapat dikunci kepada lutut apabila diperlukan. Di bagian atas dari sadel ini dibuat alur T melingkar 360 derajat, dengan tujuan untuk membautkan meja kepada sadel agar kokoh, dan alur bentuk melingkar ini yang memungkinkan meja diputar beberapa derajat menurut kebutuhan tertentu. Dan penunjukan besarnya derajat terdapat pada permukaan sadel itu sendiri. Di atas permukaan sadel itu juga dipasang handle pembalik arah gerakan otomatis dari meja.

5.      Alas Mesin.

Alas mesin ini letaknya sama dengan namanya yaitu alas, artinya bagian paling bawah dari mesin, alas ini berfungsi untuk menumpu seluruh beban yang ada pada mesin, seperti berat mesin ditambah berat bahan yang dikerjakan dan berat perlengkapan yang dipakai serta berat dari alas itu sendiri. Pada alas mesin ini dibuat rongga sebagai bak penampung, yaitu untuk menampung cairan pendingin. Pompa air untuk mengalirkan cairan pendingin kepada cutter dan benda kerja, juga dipasang pada alas ini untuk membuat sirkulasi air pendingin itu tadi.

6.      Lutut/Knee.

Lutut ini mempunyai dua alur yang saling tegak lurus, yaitu satu alur dipaskan kepada kolom dan satunya lagi dipaskan kepada sadel itu tadi. Lutut ini berbentuk rongga, dan dalam rongga itu dipasang roda-roda gigi untuk gerakan otomatis, maju mundur, naik turun dan kiri kanan. Gerakan dari lutut ini hanya dua arah yaitu turun dan naik saja, lutut ini juga dapat dikuncikan kepada kolom, agar kukuh pada waktu proses milling.

7.      Lengan/Arm.

Seperti dikatakan di atas bahwa lengan itu letaknya di bagian paling atas dari badan mesin dan bawahnya mempunyai bentuk ekor burung yang pas kepada alur ekor burung pada badan mesin, lengan ini dapat dikunci dan dilepas untuk kebutuhan tertentu. Pada lengan ini dapat dipasang dukungan arbor (support arbor) yang mempunyai alur ekor burung pas kepada lengan tadi dan ia dapat dikunci pada posisi tertentu, sehingga cocok untuk kebutuhan pekerjaan tertentu. Pada beberapa jenis mesin, pendukung arbor ini jumlahnya ada yang satu ada yang dua buah untuk lebih kokohnya dukungan terhadap arbor.


2.5 Macam-Macam Mata Potong Mesin Milling

Mata potong mesin milling/cutter mesin frais baik horisontal maupun vertikal memiliki banyak sekali jenis dan bentuknya. Pemilihan pisau milling berdasarkan pada bentuk benda kerja, serta mudah atau kompleksnya benda kerja yang akan dibuat. Salah satu jenis mata potong yang digunakan pada mesin milling dan memiliki berbagai macam bentuk adalah mata potong jari (end mill) atau mata potong ujung.

Mata potong mesin milling ujung memiliki gigi-gigi pemotong di sekeliling badannya dan di bagian ujungnya. Mata potong milling ujung ada yang mempunyai tangkai (bertangkai lurus ataupun bertangkai tirus) dan ada juga yang tidak bertangkai. Mata potong milling ujung bertangkai sering disebut mata potong cangkang (shell end mill cutter). Pada bagian tengah mata potong milling cangkang terdapat lubang tembus yang memiliki alur pasak. Mata potong milling ujung dapat digunakan untuk proses milling muka, samping, menyudut, melingkar, alur atau profil [3]. Gambar aplikasi proses milling dari mata potong ujung dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Aplikasi Mata Potong Ujung pada Proses Milling

(Sumber: google.co.id/aplikasimatapotongmilling) 

Ada beberapa jenis mata potong ujung mesin milling sebagai berikut:

1.      Pisau Ujung Kasar (Roughing End Mill)

Pisau ujung kasar dapat menyayat benda kerja lebih cepat dibandingkan pisau ujung halus, tetapi hasil sayatannya kasar. Pisau ujung kasar umumnya, dipakai sebagai pekerjaan awal pada benda kerja. Gambar pisau ujung kasar dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Pisau Ujung Kasar

(Sumber: google.co.id/pisauujungkasarmilling)

2.      Pisau Ujung Halus (Finishing End Mill)

Pisau ujung jenis ini menghasilkan permukaan sayatan yang halus, di mana pisau milling ujung halus ini digunakan untuk pekerjaan penyelesaian benda kerja yang sebelumnya telah dikerjakan dengan pisau ujung kasar. Gambar pisau ujung halus dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Pisau Ujung Halus

(Sumber: google.co.id/pisauujunghalus)

3.      Pisau Ujung Persegi (Square End Mill)

Pisau ujung jenis ini digunakan untuk proses milling sudut persegi pada bagian-bagian sudut benda kerja. Gambar pisau ujung persegi dapat dilihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Pisau Ujung Persegi

(Sumber: google.co.id/pisauujungpersegi) 

4.      Pisau Ujung Hidung Bulat (Ball Nose Mill Cutter)

Pisau ini mempunyai bagian tepi yang dibulatkan seperti bentuk belahan bola. Bagian tepi yang bulat pada ujung flute (galur) dari pisau ini dapat memperkecil tatal atau beram yang dihasilkan. Pisau jenis ini digunakan untuk proses milling alur bulat, fillet atau radius bidang-bidang yang tegak lurus, kontur 3 dimensi seperti pada pembuatan cetakan (mold atau dies) dan bentuk-bentuk bulat lainnya. Gambar pisau ujung hidung bulat dapat dilihat pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Pisau Ujung Hidung Bulat

5.      Pisau Ujung Cangkang (Shell End Mill)

Pisau ujung cangkang atau shell end mill merupakan jenis pisau ujung yang tidak bertangkai. Pisau ini mempunyai lubang di bagian tengahnya di mana terdapat alur pasak. Pisau ini dipasang pada arbor untuk shell end mill. Pada pemakaiannya, lubang pisau dimasukkan ke dalam pada bagian ujung arbor yang memiliki pasak di permukaannya dan memiliki ulir di bagian dalamnya. Lalu sebuah baut pengikat disekrupkan pada ulir arbor dan diketatkan dengan kunci khusus. Gambar pisau ujung cangkang dapat dilihat pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Pisau Ujung Cangkang

6.      Pisau Ujung Layang (Fly Cutter)

Pisau ujung laying atau fly cutter merupakan pisau dengan mata pemotong tunggal mirip dengan pahat bubut atau pahat sekrap. Pisau laying terdiri dari badan pisau di mana satu atau dua keeping pemotonga disisipkan ke dalamnya. Pisau laying dipasang pada arbor fly cutter dan jika spindel mesin berputar, maka pisau akan berputar bersama-sama arbor.

Pisau layang digunakan untuk milling rata permukaan benda kerja mirip dengan penggunaan pisau muka. Dibandingkan pisau layang, pisau muka mempunyai keunggulan seperti lebih kaku dan mampu menyayat lebih dalam. Namun begitu, pisau muka merupakan alat potong yang mahal, sementara pisau layang merupakan alat potong yang murah, bahkan pisau layang dapat diubah sendiri di bengkel Gambar pisau layang dapat dilihat pada Gambar 2.11.

Gambar 2.11 Pisau Layang




BAB 3

BAHAN, ALAT, DAN PROSEDUR KERJA

 

3.1 Bahan Praktikum Mesin Milling

Bahan praktikum yang digunakan dalam praktikum mesin milling ini adalah:

1.      Benda kerja awal, yaitu pelat besi jenis HSS (High Speed Steel), berfungsi sebagai benda kerja awal praktikum yang digunakan untuk menghasilkan benda kerja akhir yaitu base plate. Benda kerja awal ini berbentuk pelat besi dan berukuran panjang 5,68 cm, lebar 4,98 cm, dan tebal 0,47 cm. Benda kerja awal dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Benda Kerja Awal

2.    Coolant, berfungsi sebagai cairan pelumas ketika proses milling dan sebagai cairan pendingin agar mata potong tidak cepat haus ketika bersentuhan dengan benda kerja pada proses milling. Gambar coolant dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Coolant

      Peralatan praktikum yang digunakan dalam praktikum mesin milling ini adalah:

1.      Mesin milling lengkap dengan kunci dan mata potongnya, berfungsi untuk melaksanakan praktikum utama dan membentuk benda kerja awal menjadi benda kerja akhir yaitu base plate. Mesin milling dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Mesin Milling

2.   Jangka sorong, berfungsi untuk mengukur Panjang, lebar, dan tebal benda kerja awal sebelum diproses pada mesin milling. Jangka sorong dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Jangka Sorong 

3.   Mistar/penggaris, berfungsi untuk mengukur, menggaris, menandakan ukuran yang sesuai yang diinginkan dari benda kerja awal. Gambar mistar/penggaris dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Mistar/Penggaris

4.   Penitik, berfungsi untuk menandakan panjang dan lebar yang telah diukur dan menandakan batas proses milling pada mesin milling. Gambar penitik dapat dilihat pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6 Penitik

5.    Kikir, berfungsi untuk menghaluskan permukaan benda kerja di awal praktikum sebelum benda kerja diproses pada mesin milling dan pada benda kerja akhir sesudah proses milling. Gambar kikir dapat dilihat pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7 Kikir           

6.    Palu, berfungsi untuk memukul penitik agar dapat memberikan tanda dan batas untuk proses milling. Gambar palu dapat dilihat pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8 Palu

7.   Penggores, berfungsi untuk memberikan tanda ukuran panjang dan lebar pada permukaan benda kerja awal yang akan dilakukan proses milling dengan bantuan penggaris. Gambar penggores dapat dilihat pada Gambar 3.9.

Gambar 3.9 Penggores

8.  Ragum meja kerja, berfungsi untuk menjepit benda kerja awal dan benda kerja akhir ketika dilakukan proses penghalusan dengan menggunakan kikir. Gambar ragum meja kerja dapat dilihat pada Gambar 3.10.

Gambar 3.10 Ragum Meja Kerja

9.   Kunci chuck, berfungsi untuk membuka cekam pada spindel tool holder agar mata potong dapat dijepit pada cekam. Kunci chuck dapat dilihat pada Gambar 3.11.

Gambar 3.11 Kunci Chuck

10.   Kuas, berfungsi untuk membersihkan chip/geram pada benda kerja ketika sedang diproses milling agar tidak mengganggu dan memperlambat mata potong dalam proses milling. Kuas dapat dilihat pada Gambar 3.12.

Gambar 3.12 Kuas

11.  Mata potong end mill, berfungsi untuk melakukan pemotongan pada ujung benda kerja agar panjang benda kerja dapat disesuaikan sesuai keinginan. Gambar mata potong end mill dapat dilihat pada Gambar 3.13.

Gambar 3.13 Mata Potong End Mill

12. Mata potong center drill, berfungsi untuk melakukan proses facing pada permukaan benda kerja awal terlebih dahulu sebelum masuk proses drill. Gambar mata potong center drill dapat dilihat pada Gambar 3.14.

Gambar 3.14 Mata Potong Center Drill

13.    Mata bor 5,2 mm, berfungsi untuk melakukan proses drill pada permukaan benda kerja awal pada bagian atas dan bawah. Gambar mata potong bor 5,2 mm dapat dilihat pada Gambar 3.15.

Gambar 3.15 Mata Bor 5,2 mm

14.  Mata bor 7 mm, berfungsi untuk melakukan proses drill pada permukaan benda kerja awal pada bagian tiap sudut yang berjumlah 4 sudut. Gambar mata bor 7 mm dapat dilihat pada Gambar 3.16.

Gambar 3.16 Mata Bor 7 mm

15.  Mata bor 9 mm, berfungsi untuk melakukan proses drill pada permukaan benda kerja awal pada bagian tengah. Gambar mata bor 9 mm dapat dilihat pada Gambar 3.17.

Gambar 3.17 Mata Bor 9 mm

16.      Kunci ragum, berfungsi untuk membuka ragum mesin milling agar benda kerja dapat dijepit pada ragum dan menjepit kembali ragum mesin milling agar benda kerja dapat terjepit dengan kuat pada ragum mesin milling. Gambar kunci ragum dapat dilihat pada Gambar 3.18.

Gambar 3.18 Kunci Ragum

 

3.3 Prosedur Kerja pada Praktikum Mesin Milling

Berikut adalah flowchart prosedur kerja mesin milling.

Gambar 3.19 Flowchart Prosedur Kerja 

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembentukan base plate dengan proses permesinan mesin milling adalah sebagai berikut.

1.  Mempersiapkan alat – alat kerja praktikum dan bahan praktikum serta memakai perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

2.   Mengukur benda kerja awal dengan menggunakan jangka sorong. Dimensi yang diukur adalah panjang, lebar, dan tebal. Gambar pengukuran dimensi benda kerja awal dapat dilihat pada Gambar 3.20.

Gambar 3.20 Pengukuran Dimensi Benda Kerja Awal

3.  Menjepit sampai kuat benda kerja awal pada ragum mesin milling terlebih dahulu dengan menggunakan kunci ragum untuk membuka ragum mesin milling. Gambar menjepit benda kerja awal pada ragum mesin milling dapat dilihat pada Gambar 3.21.

Gambar 3.21 Menjepit Benda Kerja Awal pada Ragum Mesin

4.    Setelah, benda kerja awal telah terjepit kuat pada ragum mesin, maka memasang mata potong end mill pada spindel utama mesin milling dengan menggunakan kunci chuck. Gambar pemasangan mata potong end mill pada spindel utama mesin dapat dilihat pada Gambar 3.22.

Gambar 3.22 Pemasangan Mata Potong End Mill

5.  Kemudian, memposisikan mata potong end mill agar dekat pada benda kerja awal. Gambar memposisikan mata potong end mill dapat dilihat pada Gambar 3.23.

Gambar 3.23 Memposisikan Mata Potong End Mill

6.      Jika mata potong end mill sudah dekat dengan benda kerja, maka menyalakan mesin milling dengan memutar tombol ke angka 2 agar berlawanan dengan arah jarum jam. Gambar menyalakan mesin milling dapat dilihat pada Gambar 3.24.

Gambar 3.24 Menyalakan Mesin Milling

7. Langkah selanjutnya adalah mengurangi panjang benda kerja awal hingga 5,5 cm. Proses pengurangan ini dilakukan dengan menggerakkan sumbu x, y, dan z pada mesin milling. Gambar proses mengurangi panjang benda kerja awal dapat dilihat pada Gambar 3.25.

Gambar 3.25 Mengurangi Panjang Benda Kerja Awal

8.     Jika sudah mengurangi panjang benda kerja, maka melakukan pengukuran kembali dimensi panjang benda kerja pada ragum mesin dengan menggunakan jangka sorong sampai panjang benda kerja sebesar 5,5 cm. Gambar pengukuran kembali dimensi panjang benda kerja dapat dilihat pada Gambar 3.26.

Gambar 3.26 Pengukuran Kembali Panjang Benda Kerja Awal

9.   Jika panjang benda kerja sudah 5,5 cm maka melepaskan benda kerja dari ragum mesin milling dengan menggunakan kunci ragum kembali.

10. Lalu, menjepit benda kerja pada ragum meja kerja dan melakukan penghalusan dengan menggunakan kikir.

11.    Jika benda kerja sudah halus, maka melepaskan benda kerja dari ragum meja kerja. 

12. Selanjutnya, membuat pola pada permukaan benda kerja dengan menggunakan penggores dan penggaris agar mendapatkan titik tengah. Gambar pembuatan pola pada permukaan benda kerja awal dapat dilihat pada Gambar 3.27.

Gambar 3.27 Pembuatan Pola pada Benda Kerja

13.  Menandakan permukaan benda kerja yang akan dilubangi dengan menggunakan penitik dan palu setelah pola pada permukaan benda kerja terbentuk. Gambar penandaan permukaan benda kerja dapat dilihat pada Gambar 3.28.

Gambar 3.28 Penandaan Permukaan Benda Kerja 

14. Setelah itu, maka melepaskan mata potong end mill dengan menggunakan kunci chuck kembali pada mesin milling dan menggantinya dengan mata potong center drill untuk melakukan proses facing. Gambar melepaskan mata potong end mill dapat dilihat pada Gambar 3.29.

Gambar 3.29 Melepaskan Mata Potong End Mill

15. Kemudian, memasukkan mata potong center drill dan melakukan proses facing pada bagian permukaan benda kerja yang telah diberikan tanda oleh penitik. Gambar proses facing dapat dilihat pada Gambar 3.30.

Gambar 3.30 Proses Facing 

16. Jika sudah melakukan proses facing pada benda kerja, maka selanjutnya adalah melepaskan kembali mata potong center drill dan memasang mata bor 9 mm untuk melakukan proses drill pada lubang tengah. Gambar proses drill dapat dilihat pada Gambar 3.31.

Gambar 3.31 Proses Drill Bagian Tengah

17.  Jika sudah selesai membuat lubang pada bagian tengah, maka melakukan kembali proses drill untuk bagian tiap sudut dan bagian atas serta bawah. Untuk bagian tiap sudut digunakan mata bor yang berukuran 7 mm. Gambar proses drill bagian tiap sudut dapat dilihat pada Gambar 3.32.

Gambar 3.32 Proses Drill Bagian Tiap Sudut 

18.   Setelah melakukan proses drill pada bagian tiap sudut, maka selanjutnya adalah melakukan proses drill pada bagian lubang atas dan bawah dengan menggunakan mata bor berukuran 5,2 mm. Gambar proses drill bagian atas dan bawah dapat dilihat pada Gambar 3.33.

Gambar 3.33 Proses Drill Bagian Atas dan Bawah

19.  Jika telah selesai melakukan proses drill pada setiap titik yang telah ditandai, maka melepaskan kembali benda kerja akhir dari ragum mesin. Gambar pelepasan benda kerja akhir dari ragum mesin dapat dilihat pada Gambar 3.34

Gambar 3.34 Pelepasan Benda Kerja Akhir dari Ragum Mesin

20.   Kemudian setelah benda kerja dilepaskan dari ragum mesin, maka menjepit benda kerja akhir pada ragum meja kerja  Gambar penjepitan benda kerja akhir pada ragum dapat dilihat pada Gambar 3.35.

Gambar 3.35 Penjepitan Benda Kerja Akhir pada Ragum

21. Melakukan penghalusan dengan menggunakan kikir kembali untuk setiap sisinya sampai permukannya halus. Gambar penghalusan benda kerja akhir dapat dilihat pada Gambar 3.36.

Gambar 3.36 Penghalusan Benda Kerja Akhir

22. Jika telah melakukan penghalusan pada benda kerja akhir maka praktikum telah selesai dilaksanakan. Gambar benda kerja akhir dapat dilihat pada Gambar 3.37.

Gambar 3.37 Benda Kerja Akhir





BAB 4

HASIL PRAKTIKUM 

4.1 Hasil Praktikum

Benda kerja awal pada praktikum mesin milling ini adalah berbentuk pelat besi. Benda kerja awal ini akan dibentuk menjadi base plate melalui proses milling. Gambar benda kerja awal sebelum diproses pada mesin milling dapat dilihat pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Benda Kerja Awal

Dimensi benda kerja awal sebelum dilakukan proses milling menjadi base plate dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Dimensi Benda Kerja Awal (Pelat Besi)

Variabel

Nilai

Satuan

Panjang

56,8

mm

Lebar

49,8

mm

Tebal

4,7

mm

Kecepatan

420

rpm

Setelah diproses milling maka benda kerja awal mengalami perubahan bentuk menjadi base plate. Gambar base plate dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Base Plate

Dimensi base plate dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Dimensi Base Plate

Variabel

Nilai

Satuan

Panjang

55

mm

Lebar

48

mm

Tebal

4,7

mm

Diameter Lubang

5,2;7;9

mm


4.2 Analisa Hasil Praktikum

Dalam melakukan proses milling pada mesin milling, langkah pertama adalah mempersiapkan alat kerja praktikum dan bahan praktikum yang akan digunakan serta memakai perlengkapan K3 agar praktikum dapat berjalan dengan aman dan nyaman. Selanjutnya, mengukur dimensi panjang, lebar, dan tebal dari benda kerja awal yaitu pelat besi dengan menggunakan jangka sorong. Jika sudah mengukur, maka menjepit benda kerja awal dengan kuat pada ragum mesin. Memasang mata potong end mill pada spindel utama mesin milling. Kemudian, memposisikan mata potong end mill agar dekat pada benda kerja awal. Memposisikan mata potong end mill dengan cara menggerakkan sumbu x, y, dan z mesin milling hingga mata potong dekat pada benda kerja. Kemudian, menyalakan mesin milling dengan memutar tombol ke angka 2 agar berlawanan dengan arah jarum jam. Untuk angka 1 digunakan untuk membuat ulir pada sebuah lubang pada permukaan benda kerja. Lalu, melakukan pengurangan panjang benda kerja sampai panjang benda kerja menjadi 5,5 cm. Kemudian, melakukan pengukuran kembali pada benda kerja ketika sudah dilakukan pengurangan panjang. Jika panjang benda kerja sudah 5,5 cm, maka melepaskan benda kerja dan memindahkannya ke ragum meja kerja dan melakukan penghalusan dengan menggunakan kikir. Jika benda kerja sudah halus, maka membuat pola pada permukaan benda kerja dengan menggunakan penggores dan penggaris. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan titik tengah dari benda kerja. Jika pola sudah terbentuk, maka membuat tanda pada permukaan benda kerja yang akan dilubangi dengan menggunakan penitik dan palu. Kemudian, mengganti mata potong end mill dengan mata potong center drill untuk melakukan proses facing. Lalu, melakukan proses facing pada permukaan benda kerja yang telah diberikan tanda sebelum memasuki proses drill. Jika sudah melakukan proses facing, maka mengganti mata potong center drill dengan mata bor 9 mm terlebih dahulu untuk membuat lubang pada bagian tengah benda kerja. Jika sudah, maka melakukan proses drill pada bagian setiap sudut dan pada bagian atas serta bawah benda kerja. Untuk setiap sudut digunakan mata bor berukuran 7 mm. Sedangkan, untuk bagian atas serta bawah benda kerja digunakan mata bor 5,2 mm. Kemudian, jika sudah melubangi setiap bagian yang telah diberikan tanda, maka melakukan penghalusan kembali benda kerja dengan menggunakan kikir pada ragum meja kerja sampai halus. Jika sudah halus, maka benda kerja akhir telah selesai dibentuk dari proses milling. Langkah terakhir adalah merapikan kembali peralatan dan bahan praktikum ke tempat semula serta membersihkan mesin milling kembali.


4.3 Faktor Kesalahan

Faktor kesalahan pada praktikum mesin milling ini dapat kami simpulkan adalah:

1.   Ketidaktelitian pengukuran panjang, lebar dan tebal pada benda kerja awal karena jangka sorong masih bersifat analog.

2.      Tidak akuratnya pemberian pola penentuan titik tengah pada benda kerja awal.

3.   Geram yang mengganggu dan menyebabkan proses milling menjadi tidak sempurna dan dapat menghasilkan benda kerja akhir yang cacat.




BAB 5

KESIMPULAN

 

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari praktikum proses produksi mesin milling adalah:

1.  Perbedaan antara mesin frais dengan mesin milling adalah mesin frais merupakan mesin frais horisontal sedangkan mesin milling adalah mesin frais vertikal.

2.      Untuk tombol ON mesin milling nomor 2, akan memutar spindel utama berlawanan arah jarum jam sedangkan nomor 1 akan searah jarum jam.

3.   Kondisi benda kerja awal yang berkarat dan kurang halus dapat mengganggu dan menghambat proses milling.

4.     Proses milling pada mesin milling ini menggunakan konsep pergeseran material logam pada benda kerja sehingga dapat menghasilkan lubang pada benda kerja.

5.     Pada end mill pertama, mata pahat harus diposisikan dekat dengan benda kerja, jika langsung mata potong end mill langsung tersentuh benda kerja maka mata potong end mill akan rusak.




DAFTAR PUSTAKA

 

[1]      Djamil, Sofyan dkk. 2015. Buku Petunjuk Praktikum Proses Produksi. Jakarta: Laboratorium Proses Produksi Universitas Tarumanagara.

[2]     Tim Penyusun. 2017. Modul Tutorial Mesin Milling Vertikal. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

[3]     Sumbodo, Wirawan, dkk. 2008. Teknik Produksi Mesin Industri. Jakarta: Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan.

[4]       Bahtiar, Ahmad Dony Mutiara. 2014. Jurnal Teknik Mesin Perencanaan Perawatan Mesin Frais Vertikal (Merek Frejoth, Tipe FM-4-S) Berdasarkan Metode ISMO. Kediri: Politeknik Kediri.

[5] Afrian. 2010. Proses Produksi I Mesin Milling. http://doddi_y.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/27226/Mesin+Frais.pdf. Diakses pada tanggal 14 November 2018, pukul 19.56 WIB.




LAMPIRAN





GAMBAR TEKNIK FUSION 360

1. Benda Kerja Sebelum Proses Milling.

2. Benda Kerja Sesudah Proses Milling.


TUGAS SEBELUM PRAKTIKUM

 

1.        Apa berbedaan mesin frais dan mesin milling?

Mesin milling adalah mesin yang memotong benda kerja dengan pemotongan secara vertikal serta mata pahat yang digunakan dalam mesin milling adalah end mill, center drill, dan mata bor. Mesin yang digunakan adalah mesin milling vertikal. Sedangkan mesin frais adalah mesin yang memotong benda kerja dengan pemotongan secara horizontal serta mata pahat yang digunakan adalah cutter.

2.        Sebutkan alat-alat yang digunakan pada praktikum mesin milling!

a.     Penggores

Untuk memberikan tanda terhadap benda kerja.

b.    Jangka sorong

Untuk mengukur dimensi benda kerja.

c.     Ragum mesin

Untuk menjepit benda kerja agar benda kerja tidak bergerak selama proses berlangsung.

d.    Dial indicator

e.     Mata pahat jenis end mill

f.      Tool holder jenis collet

g.    Mesin milling vertikal

3.        Sebutkan bagian-bagian mata pahat!

a.     Badan pahat

b.    Sisi potong

c.     Mata potong



TUGAS SETELAH PRAKTIKUM

 

1.    Sebutkan dan jelaskan jenis pahat potong pada mesin Milling disertai gambar aplikasinya, minimal 5 contoh!

a.    Pisau Frais Alur T (T Slot Cutter)

Pisau jenis ini hanya digunakan untuk membuat alur berbentuk ”T” seperti halnya pada meja mesin frais.

Gambar 1 Pisau Frais Alur

(Sumber: google.co.id/pisaufraisalurt)

b.    Pisau Frais Sudut

Pisau jenis ini digunakan untuk membuat alur berbentuk sudut yang hasilnya sesuai dengan sudut pisau yang digunakan. Pisau jenis ini memiliki sudut-sudut yang berbeda di antaranya: 30°, 45°, 50°, 60°, 70°, dan 80°.

Gambar 2 Pisau Frais Sudut

(Sumber: google.co.id/pisaufraissudut)

c.    Pisau Frais Jari (Endmill Cutter)

Ukuran pisau jenis ini sangat bervariasi mulai ukuran kecil sampai ukuran besar. Cutter ini biasanya dipakai untuk membuat alur pada bidang datar atau pasak dan jenis pisau ini pada umumnya dipasang pada posisi tegak (mesin frais vertikal), namun pada kondisi tertentu dapat juga dipasang posisi horizontal yaitu langsung dipasang pada spindle mesin frais.

Gambar 3 Pisau Frais Jari

(Sumber: google.co.id/pisaufraisjari)

d.    Pisau Frais Muka dan Sisi (Shell Endmill Cutter)

Jenis pisau ini memiliki mata sayat di muka dan di sisi, dapat digunakan untuk mengefrais bidang rata dan bertingkat.

Gambar 4 Pisau Frais Muka dan Sisi

(Sumber: google.co.id/pisaufraismukadansisi)

e.    Pisau Frais Pengasaran (Heavy Duty Endmill Cutter)

Pisau jenis ini mempunyai satu ciri khas yang berbeda dengan cutter yang lain. Pada sisinya berbentuk alur helik yang dapat digunakan untuk menyayat benda kerja dari sisi potong cutter, sehingga cutter ini mampu melakukan penyayatan yang cukup besar.

Gambar 5 Pisau Frais Pengasaran

(Sumber: google.co.id/pisaufraispengasaran)

f.    Pisau Frais Gergaji (Slitting Saw)

Pisau frais jenis ini digunakan untuk memotong atau membelah benda kerja. Selain itu, juga dapat digunakan untuk membuat alur yang memiliki ukuran lebar kecil.

Gambar 6 Pisau Frais Gergaji

(Sumber: google.co.id/pisaufraisgergaji)

2.      Berdasarkan pengamatan anda selama praktikum, jelaskan proses milling apa saja yang dilakukan selama praktikum? Dan bagaimana pengaruh jenis proses terhadap hasil kerja benda kerja.

Proses yang pertama kali dilakukan adalah proses mengurangi ukuran benda kerja. Pada proses kali ini kami menggunakan mata bor end mill. Proses ini dilakukan agar hasil benda kerja sesuai dengan yang diinginkan.

Proses lainnya yaitu proses pembuatan lubang menggunakan mata bor. Pada saat proses berlangsung saat menekan tuas spindel tidak boleh terlalu kencang dan harus diberikan coolant secara berkala agar mata bor tidak cepat aus. Pada hasil benda kerja terbentuk lubang sesuai dengan yang diinginkan.

3.      Jelaskan pengaruh kecepatan pemakanan terhadap hasil kekasaran permukaan milling secara visual!

Pengaruh kecepatan pemakanan adalah jika semakin pelan kecepatan pemakanannya maka hasil permukaan dari benda kerja akan semakin kasar , begitupun sebaliknya semakin cepat kecepatan pemakanan semakin halus hasil dari benda kerjanya.



Baik, teman - teman semua, sebelumnya saya ingin berterima kasih kepada asisten laboratorium dan dosen mata kuliah praktikum proses produksi yang telah memberikan dukungan dan pembelajaran mengenai praktikum proses produksi mesin milling sehingga praktikum ini dapat berjalan dengan lancar. Semoga postingan saya kali ini dapat bermanfaat dan berguna bagi teman - teman semua. Selamat belajar dan salam sehat.

-Andrean Yonathan


Comments

Popular posts from this blog

Ergonomi (Sistem Manusia-Mesin dan Interaksinya)

Proses Manufaktur (Soal - Soal Tugas Mandiri)

Praktikum Proses Produksi (Mesin Sekrap)