Praktikum Proses Produksi (Las Listrik)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perkembangan kemajuan
teknologi pengelasan saat ini, penggunaan teknik penyambungan dengan pengelasan
yang sangat luas disebabkan karena bangunan, mesin, dan khususnya dalam bidang
industri yang dibuat menggunakan teknik penyambungan ini menjadi lebih mudah,
dapat fleksibel sambungannya, lebih ringan, material sambungan dapat beragam,
lebih ringan hasilnya, dan proses pembuatannya juga lebih sederhana.
Pengelasan
merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan di dalam suatu industri
manufaktur terutama dalam proses produksi. Pengelasan yang dilakukan dalam
proses produksi sangat bermacam – macam, salah satunya adalah las dengan
elektroda terbungkus (Shielded Metal Arc
Welding/SMAW). Penggunaan jenis pengelasan tergantung dari keperluan,
karena setiap jenis pengelasan memiliki karakter yang berbeda – beda satu sama
lainnya.
Dalam bidang
industri saat ini, proses penyambungan dengan teknik pengelasan ini sudah
sangat luas penggunaannya di dunia kerja bidang teknik. Maka dari itu,
mahasiswa program studi teknik industri harus dipersiapkan dan dibekali dengan
praktikum pengelasan dengan las busur listrik agar dapat siap dalam praktik
nyata dalam dunia kerja.
Shielded Metal Arc Welding/SMAW
merupakan suatu teknik pengelasan dengan menggunakan arus listrik yang membentuk busur arus dan elektroda
berselaput. Di dalam pengelasan SMAW
ini terjadi gas pelindung ketika elektroda terselaput itu mencair, sehingga
dalam proses ini tidak diperlukan tekanan/pressure
gas inert untuk menghilangkan pengaruh oksigen atau udara yang dapat
menyebabkan korosi atau gelembung-gelembung di dalam hasil pengelasan. Proses
pengelasan terjadi karena adanya hambatan arus listrik yang mengalir di antara elektroda dan bahan las yang
menimbulkan panas mencapai 3000 oC, sehingga membuat elektroda dan bahan
yang akan dilas mencair.
1.2 Tujuan
Praktikum
Praktikum proses produksi las busur
listrik (Arc Welding) ini bertujuan
sebagai berikut:
- 1. Untuk
mengetahui proses penyambungan antara dua bagian logam atau lebih dengan
menggunakan las busur listrik.
- 2. Untuk
mengenal dan mengetahui tentang peralatan dan perlengkapan yang digunakan pada praktikum
las busur listrik dan fungsinya.
- 3. Untuk
mengetahui dan mempelajari tentang cara mengoperasikan holder las busur listrik agar memperoleh hasil sambungan las yang
baik dan benar.
- 4.
Untuk
mengetahui tentang aplikasi kehidupan sehari – hari dari proses penyambungan
dengan las busur listrik, khususnya pada bidang industri.
- 5.
Untuk
mengetahui dan mempelajari perbedaan teknik las busur listrik dengan teknik las
lainnya.
- 6.
Untuk
mengetahui dan mempelajari tentang mekanisme kerja dari las busur listrik.
1.3 Manfaat
Praktikum
Manfaat dari praktikum proses produksi
las busur listrik (Arc Welding) ini
adalah sebagai berikut:
- 1. Mahasiswa
dapat mengetahui proses penyambungan antara dua bagian logam atau lebih dengan
menggunakan las busur listrik.
- 2. Mahasiswa
dapat mengenal dan mengetahui tentang peralatan dan perlengkapan yang digunakan
pada praktikum las busur listrik dan fungsinya.
- 3. Mahasiswa
dapat mengetahui dan mempelajari tentang cara mengoperasikan holder las busur listrik agar memperoleh
hasil sambungan las yang baik dan benar.
- 4. Mahasiswa
dapat mengetahui tentang aplikasi kehidupan sehari – hari proses penyambungan
dengan las busur listrik khususnya pada bidang industri.
- 5. Mahasiswa
dapat mengetahui dan mempelajari perbedaan teknik las busur listrik dengan
teknik las lainnya.
- 6. Mahasiswa dapat mengetahui dan mempelajari tentang mekanisme kerja dari las busur listrik.
1.4 Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3)
K3 pada praktikum proses
produksi las busur listrik adalah:
- 1. Praktikan
diwajibkan untuk memakai kemeja lengan panjang atau PDL (pakaian dinas lapangan)
agar aman dari percikan api dari las dan sisa – sisa hasil las yang bertaburan.
- 2.
Praktikan
diwajibkan untuk menggunakan sepatu tertutup yang aman dan celana panjang.
- 3. Praktikan diwajibkan untuk menggunakan masker las agar terlindung dari percikan api las dan terlindung dari cahaya las yang sangat terang. Masker las dapat dilihat pada Gambar 1.1 di bawah ini.
Gambar 1.1 Masker Las
- 4.
Praktikan
diwajibkan untuk meggunakan tang pada saat mengangkat dan memindahkan benda
kerja akhir ke tempat pendinginan. Tang dapat dilihat pada Gambar 1.2 di bawah
ini.
Gambar
1.2 Tang
- 5.
Praktikan
diwajibkan untuk mengenakan masker ketika praktikum agar asap pada saat las
tidak tercium. Masker dapat dilihat pada Gambar 1.3 di bawah ini.
2.1 Pengertian Las dengan Elektroda Terbungkus (Shielded Metal Arc Welding/SMAW)
Shielded Metal Arc Welding (SMAW) dikenal juga dengan
istilah Manual Metal ArcWelding (MMAW) atau las elektroda
terbungkus adalah suatu proses penyambungan dua keping logam atau
lebih, menjadi suatu sambungan yang tetap, dengan menggunakan sumber panas
listrik dan bahan tambah/pengisi berupa elektroda terbungkus.
Las busur listrik elektroda terbungkus ialah salah satu jenis proses las busur listrik elektrode
terumpan, yang menggunakan busur listrik sebagai sumber panas. Panas
yang timbul pada busur listrik yang terjadi antara elektroda dengan benda kerja, mencairkan ujung elektroda (kawat) las dan benda kerja setempat,
kemudian membentuk paduan, membeku menjadi lasan (weld metal). Bungkus (coating) elektrode yang berfungsi sebagai fluks akan terbakar pada waktu proses berlangsung, dan gas yang terjadi
akan melindungi proses terhadap pengaruh udara luar. Cairan pembungkus akan terapung dan membeku pada permukaan las yang disebut slag, yang kemudian dapat dibersihkan dengan mudah. Prinsip kerja perpindahan
logam pada proses SMAW dapat dilihat
pada Gambar 2.1 di bawah ini.
Gambar 2.1 Prinsip Kerja
Perpindahan Logam SMAW
(Sumber:
google.co.id/prinsipkerjaperpindahanlogamlaslistrik)
2.2 Prinsip
Kerja dari Las dengan Elektroda Terbungkus
Pada proses las
elektroda terbungkus, busur api listrik yang terjadi antara ujung elektroda dan logam induk/benda kerja (base metal) akan menghasilkan panas. Panas inilah yang mencairkan ujung elektroda (kawat las) dan
benda kerja secara setempat. Busur listrik yang ada dibangkitkan oleh mesin las. Elektroda yang dipakai berupa kawat yang dibungkus oleh pelindung berupa fluks. Dengan adanya
pencairan ini maka kampuh las akan terisi oleh logam cair yang berasal dari
elektroda dan logam induk, terbentuklah kawah cair, lalu
membeku maka terjadilah logam lasan (weldment) dan terak (slag). Prinsip kera SMAW dapat dilihat pada Gambar 2.2 di
bawah ini.
Gambar 2.2 Prinsip Kerja SMAW
(Sumber:
google.co.id/prinsipkerjaSMAW)
Proses
pemindahan logam elektroda terjadi pada saat ujung elektroda mencair dan membentuk butiran-butiran
yang terbawa oleh arus dari pada busur listrik yang terjadi. Apabila menggunakan arus listrik yang besar maka
butiran logam cairnya yang terbawa akan menjadi halus
sebaliknya bila arus yang dipakai kecil maka butirannya akan menjadi lebih besar. Pemindahan logam cair dapat dilihat pada Gambar 2.3
di bawah ini.
Gambar 2.3 Pemindahan Logam
Cair
(Sumber:
google.co.id/pemindahanlogamcair)
Proses pemindahan logam cair seperti diterangkan di atas sangat mempengaruhi daari sifat - sifat mampu las dari logam. Secara umum dapat dikatakan bahwa mempunyai sifat mampu las tinggi bila pemindahan terjadi dengan butiran yang halus, sedangkan proses pemindahan dipengaruhi oleh besar kecilnya arus dan juga oleh komposisi bahan pembungkus elektroda (fluks) yang digunakan.
Selama proses pengelasan terjadi fluks yang digunakan sebagai bahan pembungkus elektroda
mencair dan terapung pada cairan kawah las lalu membeku
menutupi deposit las menjadi terak las atau yang disebut slag. Slag inilah yang akan melindungi hasil lasan yang baru
membeku agar tidak terpengaruh oleh udara luar (oksidasi). Pada saat itu juga bahan
fluks yang terbakar berubah menjadi gas yang berfungsi sebagai bahan pelindung dari udara luar terhadap
oksidasi dan juga sebagai pemantap busur.
2.3 Parameter
Pengelasan Las dengan Elektroda Terbungkus
Parameter pengelasan las
dengan elektroda terbungkus adalah sebagai berikut:
- 1. Arus listrik
- Penggunaan arus yang terlalu tinggi akan menyebabkan penetrasi atau fusi terlalu besar yang kadang-kadang menyebabkan jebolnya sambungan las dan daerah terpengaruh panas akan lebih besar juga. Bila penggunaan arus terlalu kecil akan menyebabkan penetrasi dangkal.
- 2. Tegangan pengelasan
- Tegangan pengelasan akan menentukan bentuk fusi dan reinforcement. Pertambahan tegangan akan membuat lebar las bertambah rata, lebar dan penggunaanfluksnya bertambah besar pula.Tegangan yang terlalu tinggi akan merusak penutupan logam las oleh cairan fluks yang dapat memberikan peluang udara luar berhubungan dan menyebabkan terjadinya porositas.
- 3. Kecepatan pengelasan
- Kecepatan pengelasan adalah suatu variasi yang sangat penting dalam proses SMAW karena akan menentukan jumlah produk pengelasan dan metallurgi lasnya. Penambahankecepatan pengelasan pada sambungan fillet mempersingkatwaktu,tetapipada pengelasan sambungan tumpul yang beralur hanya kecilmempersingkatwaktu. Karena pada sambungan beralur jumlah deposit adalah variabel untuk waktu pengelasan. Penambahan kecepatan pengelasan akan mengurangi masukan panas pada proses pengelasan.
- 4. Diameter kawat elektroda
- Pengurangan diameter kawat elektroda dalam ini tanpa merubah parameter lainnya akan memperbesar tekanan busur, yang berarti penetrasi akan semakin dalam dan lebar deposit semakin berkurang.
- 5. Ketebalan lapisan Fluks
- Ketebalan lapisan fluks yang digunakan dalam pengelasan proses SMAW juga mempengaruhi bentuk dan kedalaman penetrasi pengelasan. Bila lapisan Fluks terlalu tipis maka arus akan tidak tertutup dan hasil lasan akan retak atau poros. Bila lapisan fluks terlalu tebal maka akan menghasilkan reinforcement terlalu tinggi.
2.4 Teknik
Pergerakan Elektroda Pengelasan
Ada
berbagai cara di dalam menggerakkan (mengayunkan) elektroda las yaitu :
- 1. Elektroda
digerakkan dengan melakukan maju dan mundur, metode ini adalah salah satu
bentuk metode weaving.
- 2. Bentuk weaving lainnya yaitu dengan melakukan
gerakan seperti setengah bulan.
- 3. Gerakan elektroda
yang menyerupai bentuk angka 8.
- 4. Elektroda dengan
melakukan gerakan memutar.
- 5. Gerakan elektroda
dengan membentuk hesitation.
Bentuk gerakan elektroda dapat dilihat pada Gambar 2.4 di bawah ini.
Gambar 2.4 Bentuk Gerakan Elektroda
(Sumber: google.co.id/bentukgerakanelektroda)
Semua gerakan mempunyai tujuan untuk mendapatkan deposit logam las
dengan permukaan rata, halus dan terhindar dari terjadinya takik – takik dan
termasuk terak – terak, yang terpenting dalam gerakan elektroda ini adalah
ketepatan sudut dan kestabilan kecepatan. Ayunan elektroda las agar berbentuk
anyaman atau lipatan manik las maka lebar las dibatasi sampai tiga kali
besarnya diameter elektroda.
2.5 Keuntungan
Las Listrik dengan Elektroda Terbungkus
Terdapat beberapa
keuntungan las listrik dengan elektroda terbungkus, antara lain:
1. Selaput pembungkus elektroda
mempunyai fungsi serbaguna dan banyak jenisnya, kurang lebih ada 100 tipe untuk
pengelasan bahan yang berbeda.
2. Sumber tenaga dari SMAW (AC maupun DC) dapat ditancapkan di
dinding atau dapat dijalankan di setiap tempat sepanjang terdapat bahan bakar.
3. Pengelasan dapat dilakukan pada
berbagai posisi mulai dari posisi flat,
mendatar, tegak dan di atas kepala.
4. Sensitivitasnya terhadap gangguan
pengelasan berupa angin cukup baik.
5. Sumber tenaga dan juga perawatan
mesin SMAW cukup murah. Selain itu mesin SMAW
sangat awet, relatif mudah dioperasikan dan mudah di setting.
BAB
3
BAHAN, ALAT, DAN
PROSEDUR KERJA
3.1 Bahan dan Peralatan
Praktikum
Peralatan praktikum yang digunakan dalam praktikum las
listrik dengan elektroda terbungkus ini adalah:
- 1. Jangka sorong
Gambar 3.1 Jangka Sorong
- 2. Trafo las listrik
Trafo las listrik,
berfungsi sebagai sumber arus listrik yang digunakan dalam proses pengelasan.
Trafo las listrik dapat dilihat pada Gambar 3.2 di bawah ini.
Gambar 3.2 Trafo Las Listrik
- 3. Penjepit sebagai massa
Penjepit sebagai massa,
berfungsi untuk mengalirkan arus listrik dari trafo las listrik ke meja
pengelasan. Penjepit sebagai massa dapat dilihat pada Gambar 3.3 di bawah ini.
Gambar 3.3 Penjepit
sebagai Massa
- 4. Holder
Holder, berfungsi untuk memegang dan menyalurkan
arus listrik dari trafo las listrik ke elektroda las. Holder dapat dilihat pada Gambar 3.4 di bawah ini.
Gambar 3.4 Holder
- 5. Palu kecil
Palu kecil, berfungsi
untuk membersihkan hasil sisa pengelasan pada benda kerja akhir sehingga hasil
endapan lebih yang terbentuk pada permukaan benda kerja dapat terlepas dan
permukaan benda kerja rata. Palu kecil dapat dilihat pada Gambar 3.5 di bawah
ini.
Gambar 3.5 Palu Kecil
- 6. Tang
Tang, berfungsi untuk memindahkan
benda kerja akhir setelah dilas ke tempat pendinginan. Tang juga berfungsi
untuk mengatur posisi yang baik dan benar benda kerja ketika akan dilakukan
proses pengelasan. Tang dapat dilihat pada Gambar 3.6 di bawah ini.
Gambar 3.6 Tang
- 7. Masker las
Masker las, berfungsi
untuk melindungi mata dari percikan api las dan sisa – sisa hasil las yang
bertebaran serta melindungi mata dari sinar terang ketika proses pengelasan
yang menyakitkan mata. Masker las dapat dilihat pada Gambar 3.7 di bawah ini.
Gambar 3.7 Masker Las
8. Marker
Marker, berfungsi untuk mencetak nomor induk mahasiswa
pada permukaan benda kerja akhir. Marker dapat
dilihat pada Gambar 3.8 di bawah ini.
Gambar 3.8 Marker
Bahan praktikum yang digunakan dalam
praktikum las listrik dengan elektroda terbungkus adalah sebagai berikut:
1. Amplas
Amplas, berfungsi
sebagai alat penghalus pada permukaan sambungan las dan permukaan benda kerja
akhir. Amplas dapat dilihat pada Gambar 3.9 di bawah ini.
Gambar 3.9 Amplas
2. Benda kerja awal
Benda kerja awal,
merupakan dua buah pelat besi yang akan dilakukan proses penyambungan dengan
menggunakan las listrik. Benda kerja awal dapat dilihat pada Gambar 3.10 di
bawah ini.
Gambar 3.10 Benda Kerja Awal
3. Elektroda las
Elektroda las,
berfungsi sebagai logam pengisi dalam proses pengelasan las listrik. Elektroda
las dapat dilihat pada Gambar 3.11 di bawah ini.
Gambar 3.11 Elektroda
Las
3.2 Prosedur Kerja pada
Praktikum Las Listrik dengan Elektroda Terbungkus (Shielded Metal Arc Welding/SMAW)
Berikut
adalah flowchart prosedur kerja las listrik
dengan elektroda terbungkus.
Gambar 3.12 Flowchart Prosedur Kerja Las Listrik
Langkah – langkah kerja yang dilakukan
dalam proses penyambungan dua pelat besi dengan las listrik adalah sebagai berikut.
1. Mengenakan pakaian kerja yang aman yaitu kemeja lengan panjang atau pakaian dinas lapangan (PDL), celana panjang, sepatu tertutup dan masker.
2. Menyiapkan peralatan dan perlengkapan kerja yang digunakan pada praktikum las listrik.
3. Memilih benda kerja awal yaitu dua pelat besi yang kondisinya baik dan layak digunakan sebagai benda kerja praktikum. Benda kerja awal dapat dilihat pada Gambar 3.13 di bawah ini.
Gambar 3.13 Benda Kerja
Awal
4. Mengukur dimensi panjang, lebar, dan tebal dari benda kerja awal dengan menggunakan jangka sorong dan mencatat hasil pengukuran. Pengkuran dimensi benda kerja awal dapat dilihat pada Gambar 3.14 di bawah ini.
Gambar 3.14 Pengukuran Dimensi Benda Kerja Awal
5. Menyambungkan kabel trafo las listrik ke sumber arus listrik PLN. Penyambungan kabel trafo las litrik ke sumber arus listrik PLN dapat dilihat pada Gambar 3.15 di bawah ini.
Gambar
3.15 Penyambungan Kabel Trafo Las Listrik
6. Menyalakan trafo las listrik dengan menekan tombol ON pada trafo las listrik. Penekanan tombol ON pada trafo las listrik dapat dilihat pada Gambar 3.16 di bawah ini.
Gambar 3.16 Penekanan Tombol ON pada Trafo Las Listri
7. Mengatur arus listrik hingga mencapai 100 ampere pada trafo las listrik. Pengaturan arus listrik dapat dilihat pada Gambar 3.17 di bawah ini.
Gambar
3.17 Pengaturan Arus Listrik pada Trafo
8. Setelah itu, meletakkan benda kerja awal pada meja pengelasan pada posisi yang baik dan benar secara vertikal dan berhimpitan.
9. Mengambil elektroda las yang tersedia yang kondisinya baik dan masih layak untuk digunakan dalam praktikum.
10. Menjepit elektroda las pada holder sampai elektroda las terjepit dengan kuat dan tidak dapat bergerak pada holder.
11. Mengenakan helm las yang disediakan agar pada saat proses pengelasan, sinar terang pada proses pengelasan tidak merusak dan menyakitkan mata.
12. Setelah mengenakan helm las, Memanaskan elektroda las sampai terlihat bara api pada bagian ujung elektroda las. Proses pemanasan elektroda las dapat dilihat pada Gambar 3.18 di bawah ini.
Gambar 3.18 Pemanasan Elektroda
Las
13. Setelah elektroda las panas, melakukan pengelasan pada benda kerja awal dari arah atas ke bawah secara perlahan dan kecepatan pengelasan konstan serta gerakan pengelasannya berpola lingkaran kecil sampai benda kerja awal tersambung. Proses pengelasan dapat dilihat pada Gambar 3.19 di bawah ini.
Gambar
3.19 Proses Pengelasan
14. Jika sudah tersambung, memindahkan benda kerja akhir ke tempat pendinginan dengan menggunakan tang. Proses pendinginan dapat dilihat pada Gambar 3.20 di bawah ini.
Gambar
3.20 Proses Pendinginan
15. Jika benda kerja akhir sudah dingin, memindahkan benda kerja akhir ke meja kerja dan lakukan pembersihan sisa – sisa las pada sambungan las dengan menggunakan palu kecil sampai bersih.
16. Menghaluskan permukaan benda kerja akhir dan pada bagian sambungan las dengan menggunakan amplas sampai permukaan benda kerja akhir dan sambungan las halus.
17. Jika sudah halus, melakukan pencetakan nomor induk mahasiswa pada permukaan benda kerja akhir dengan menggunakan marker. Pencetakan nomor induk mahasiswa dapat dilihat pada Gambar 3.21 di bawah ini.
Gambar
3.21 Pencetakan Nomor Induk Mahasiswa
18. Jika sudah mencetak nomor induk mahasiwa, maka praktikum telah selesai dilaksanakan. Benda kerja akhir dapat dilihat pada Gambar 3.22 di bawah ini.
Gambar
3.22 Benda Kerja Akhir
19. Merapikan peralatan dan perlengkapan praktikum kembali ke tempat asalnya.
BAB 4
HASIL PRAKTIKUM
4.1 Hasil Praktikum Sebelum dan Sesudah
Benda
kerja awal pada praktikum las listrik ini adalah berbentuk dua besi pelat cukup
tebal berbentuk persegi panjang. Dimensi benda kerja awal dapat dilihat pada
Tabel 4.1 dan 4.2.
Gambar benda kerja awal dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah ini.
Gambar 4.1 Benda Kerja Awal
Dimensi benda kerja awal dapat dilihat
pada Tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Dimensi Benda Kerja Awal
Dimensi |
Benda 1 (mm) |
Benda 2 (mm) |
Panjang |
52 |
48.50 |
Lebar |
3.33 |
33.20 |
Tebal |
3.50 |
40 |
Setelah diproses penyambungan dengan las listrik maka benda kerja awal akan
menjadi benda kerja akhir yaitu hasil pengelasan dua buah pelat besi. Gambar
benda kerja akhir dapat dilihat pada Gambar 4.2 di bawah ini.
Gambar 4.2 Benda Kerja Akhir
Tabel dimensi benda kerja akhir dapat
dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.2 Dimensi Benda Kerja Akhir
No. |
Dimensi |
Satuan (mm) |
1. |
Panjang |
69.35 |
2. |
Lebar |
58 |
3. |
Tebal |
6.7 |
4.2 Analisa Hasil Praktikum
Dalam
melakukan proses pengelasan dengan las listrik, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah mengenakan pakaian kerja yang aman, dan masker ketika
praktikum. Kemudian, langkah selanjutnya adalah persiapan peralatan dan
perlengkapan praktikum las listrik. Selanjutnya adalah pemilihan benda kerja
awal yaitu dua pelat besi yang cukup tebal yang kondisinya masih bagus dan
layak pakai tetapi permukaannya masih kurang rata serta pada bagian tiap
sudutnya masih cukup tajam.
Langkah selanjutnya adalah mengukur dimensi panjang, lebar, dan tebal
benda kerja awal dengan menggunakan jangka sorong dan mencatatnya.
Setelah itu adalah menyambungkan kabel trafo las listrik ke sumber arus
listrik PLN agar trafo dapat menyala dan difungsikan sebagai sumber arus yang
diinginkan pada praktikum.
Lalu, nyalakan trafo las listrik dengan cara menekan tombol ON pada trafo las listrik dan mengatur
arus listrik hingga mencapai 100 ampere.
Setelah arus listrik mencapai 100 ampere, letakkan benda kerja awal pada
meja pengelasan pada posisi yang baik dan benar secara vertikal dan berhimpitan
agar pada proses pengelasan dapat berjalan dengan lancar.
Selanjutnya adalah memilih elektroda las yang masih layak pakai dan
masih panjang serta kondisinya masih bagus. Setelah memilih, jepitlah elektroda
las pada holder sampai elektroda las
terjepit dengan kuat dan tidak dapat bergerak pada holder.
Setelah elektroda terjepit kuat pada holder,
kenakanlah helm las dan lakukan pemanasan pada elektroda las sampai elektroda
las panas yang dapat dilihat pada bagian ujung elektroda las terbentuk bara
api, pada meja pengelasan sehingga ketika proses pengelasan, elektroda las
tidak melekat pada benda kerja.
Selanjutnya adalah melakukan pengelasan pada benda kerja awal dari arah
atas ke bawah sampai benda kerja awal tersambung kuat. Setelah selesai
melakukan pengelasan, pindahkan benda kerja akhir ke tempat pendinginan dengan
menggunakan tang dan lakukan proses pendinginan dengan mencelupkan benda kerja
akhir ke dalam air sampai suhu benda kerja akhir kembali normal.
Setelah melakukan pendinginan, pindahkan benda kerja akhir, letakkan
benda kerja akhir pada meja kerja dan lakukan pembersihan sisa – sisa las pada
sambungan las dan pada permukaan benda kerja akhir dengan menggunakan palu
kecil sampai benda kerja akhir bersih. Kemudian, lakukan penghalusan pada bagian
sambungan las dan permukaan yang kasar dengan menggunakan amplas sampai bagian
sambungan las dan permukaan benda kerja akhir halus.
Setelah melakukan pembersihan dan penghalusan, letakkan benda kerja
akhir pada ragum dan lakukan pencetakan nomor induk mahasiswa pada permukaan
benda kerja akhir dengan menggunakan marker.
Setelah itu, ukur kembali dimensi panjang, lebar, dan tinggi benda kerja akhir
dan catatlah. Jika sudah dicatat, maka praktikum telah selesai dilaksanakan dan
rapikan kembali peralatan dan perlengakapan praktikum ke tempat asalnya.
4.3 Faktor Kesalahan
Faktor
kesalahan pada praktikum las listrik ini dapat kami simpulkan adalah:
1. Ketidakakuratan praktikan dalam mengukur dimensi panjang, lebar dan tebal dari benda kerja awal dan benda kerja akhir karena jangka sorong masih bersifat analog.
2. Kesalahan praktikan dalam menjepit elektroda las pada holder yang menyebabkan elektroda las tidak terjepit dengan kuat.
3. Terjadinya cacat akibat ketika melakukan pengelasan, tidak penetrasi ke seluruh ketebalan logam induk.
4. Kurangnya peleburan di antara logam induk dan logam pengisi akibat kecepatan pengelasan terlalu cepat sehingga mengakibatkan hasil las yang kurang bagus, kurang rata, kurang tebal dan kurang lurus.
5. Kurang panasnya elektroda las yang menyebabkan elektroda las melekat pada benda kerja yang mengakibatkan cacat dan permukaan yang hangus.
6. Keretakan/crack yang terjadi akibat proses pendinginan yang tidak merata.
7. Pola pengelasan yang kurang berbentuk lingkaran kecil, sehingga menyebabkan hasil sambungan las yang kurang baik.
8. Proses pembersihan dengan palu kecil yang dapat menyebabkan cacat pada sambungan las dan permukaan benda kerja.
9. Kesalahan pada pencetakan nomor induk mahasiswa yang menyebabkan cacat pada permukaan benda kerja akhir dan pada sambungan las.
10. Proses penghalusan dengan amplas yang kurang halus sehingga permukaan benda kerja akhir dan sambungan las masih kurang rata dan sudut – sudutnya masih tajam.
BAB
5
KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari praktikum proses produksi las listrik adalah:
1. Busur listrik pada bagian ujung elektroda las yang melelehkan logam induk merupakan hasil dari fluks yang terbentuk dari arus listrik trafo dengan elektroda las.
2. Kecepatan pengelasan sangat berpengaruh pada hasil sambungan las yang terbentuk, jika terlalu cepat maka hasil sambungan las akan kurang bagus dan tipis, maka kecepatan las harus lambat agar menghasilkan sambungan las yang bagus.
3. Suhu tinggi pada ujung elektroda las yang digunakan untuk melelehkan logam induk merupakan hasil dari arus listrik yang mengalir pada elektroda las dan meja pengelasan.
4. Sebelum melakukan pengelasan, elektroda las harus dipanaskan terlebih dahulu agar tidak menempel pada logam induk ketika dilakukan pengelasan.
5. Kampuh las yang digunakan adalah kampuh las persegi karena tebal benda kerja awal tidak melebihi dari 5 mm sehingga tidak perlu persiapan khusus dalam melakukan pengelasan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi.
2018. Macam – Macam Kode Kawat Las Untuk SMAW GMAW FCAW
SAW. Diakses dari
ww.pengelasan.net pada tanggal 24 September 2018 pukul 10.16 WIB.
Alfendo,
Redo. 2014. Las Busur Listrik SMAW. Diakses dari www.scribd.com
pada tanggal 23 September 2018 pukul 15.36 WIB.
Fandi.
2013. Teknik Las SMAW 2. Jakarta : Kementrian Pendidikan &
Kebudayaan.
Hanif.
2010. Las Busur Listrik SMAW. Diakses dari ww.scribd.com pada tanggal
23 September 2018 pukul 19.05 WIB.
Priowirjanto,
Gatot Hari. 2003. Pengelasan SMAW Posisi 1G. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan.
Sukaini.
2013. Teknik Las SMAW. Jakarta: Kementrian Pendidikan &
Kebudayaan.
LAMPIRAN
GAMBAR TEKNIK FUSION 360
1. BENDA KERJA SEBELUM PROSES LAS LISTRIK.
2. BENDA KERJA SESUDAH PROSES LAS LISTRIK.
TUGAS SEBELUM PRAKTIKUM
1.
Apa
itu las listrik?
2.
Alat
dan bahan yang digunakan
3.
Gambar
las listrik.
JAWAB:
1. Las listrik adalah salah satu cara penyambungan logam
dengan menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan pada permukaan logam yang
akan disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair,
demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada
ujungnya dan merambat sampai habis.
2. Alat dan bahan yang digunakan adalah :
1. Trafo las listrik
2. Palu kecil
3. Masker
4. Holder
5. Elektroda las
6. Penjepit sebagai massa
3.
TUGAS SETELAH PRAKTIKUM
Setelah praktikan
menyelesaikan praktikum, selanjutnya buatlah laporan dan jawablah pertanyaan
berikut :
1. Buat analisis hasil pengelasan meliputi kampuh las, permukaan hasil las.
JAWAB:
1. Jenis kampuh las yang digunakan
adalah kampuh persegi tertutup. Benda kerja dengan
ketebalan sampai 5 mm tidak perlu persiapan khusus. Benda kerja dengan
ketebalan tersebut dapat disambung dengan jenis kampuh atau alur persegi (square
groove weld). Kampuh
persegi ini dapat dibuat dengan posisi kampuh tertutup ataupun terbuka.
Permukaan hasil las yang
dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1 Benda
Kerja Akhir
Pada hasil las benda kerja
akhir, permukaan yang dihasilkan tidak rata, bergelombang dan tidak terlalu
lurus yang merupakan hasil las yang kurang bagus serta pada bagian atas
sambungan las dapat ditemukan sambungan las yang pecah dan cacat karena pada
proses pengelasan, elektroda las kurang panas dan menempel pada benda kerja
ketika dilakukan pengelasan yang menyebabkan cacat. Hal – hal ini terjadi
akibat teknik proses pengelasan yang kurang baik dan elektroda las yang kurang
panas sehingga menyebabkan elektroda las menempel pada benda kerja yang
akhirnya menimbulkan cacat pada hasil sambungan las.
Baik teman - teman dan seluruh pembaca yang telah setia membaca sampai akhir, terima kasih dan semoga bermanfaat. Terima kasih juga kepada asisten laboratorium dan dosen mata kuliah praktikum proses produksi yang telah membantu dan mendukung jalannya praktikum ini. Mohon maaf sebelumnya jika ada kesalahan baik dalam teori pada postingan ini ataupun kesalahan kata - kata yang kurang berkenan di hati teman - teman semua. Mohon maaf juga jika blog dan postingan saya cukup lama untuk di load ketika membuka link yang saya share, mungkin dikarenakan banyak konten yang harus di load. Terima kasih sekali lagi kepada kalian yang sudah setia membaca sampai akhir, semoga bermanfaat bagi kalian semua dan salam sehat.
- Andrean Yonathan
3
Comments
Post a Comment